(II) Surat Filemon
(Papan dan Kayu Lintang)
Persatuan Dan Kesatuan Yang
Membawa Faedah
Pembicara :
Pdt. Soejadmono
Pendahuluan
Mempelajari 2006dan mendalami sebuah suratan atau kitab dalam Alkitab memang tidak mudah. Apalagi kalau harus dikaitkan dengan pembangunan Tubuh Kristus yang Am. Kita
harus bersandar pada pimpinan Roh Kudus untuk bisa masuk dalam setiap kebenaran Firman Allah. Pertanyaan yang harus kita ajukan
saat kita mempelajari dan mendalami Alkitab adalah apa rencana dan maksud Tuhan bagi hidup kita ini, guna pembentukan Tubuh
Kristus?
Melalui almarhum Pendeta F. G. van Gessel,
Tuhan telah memperkenan kita mewarisi Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel yang begitu akurat dan tersusun rapih sepenuhnya
dalam Alkitab. Kita patut bersyukur kepada-Nya karena dengan ungkapan arti-arti rohani dalam pola Tabernakel ini, kita bisa
lebih mudah untuk menelaah sebuah kitab dalam Alkitab. Bagi kita yang menekuni Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel,
itu adalah satu-satunya pola yang kita miliki dan kita rindukan senantiasa.
Surat Filemon terkena pada papan-papan jenang dan kayu-kayu lintangnya. Hal itu menunjukkan suatu persekutuan
antara anak-anak Tuhan yang dihubungkan dan disatukan oleh korban Kristus. Kita tentunya harus mengetahui apa itu papan-papan
yang zaman dulu disebutkan papan jenang dan apa itu kayu lintang serta bagaimana hubungannya sehingga Tabernakel itu bisa
dibangun, namun sebelum sampai ke sana baiklah kita bahas terlebih dulu seorang pribadi yang bernama Onesimus.
Surat Filemon sebenarnya surat pribadi Rasul Paulus
kepada seorang yang bernama Filemon. Selain Filemon, beberapa nama lain juga disebutkan di dalamnya, namun yang menjadi pembicaraan
utama atau yang difokuskan adalah seorang yang bernama Onesimus. Kita akan banyak membahas pribadi yang bernama
Onesimus ini dan keterkaitannya dengan persekutuan anak-anak Tuhan oleh Korban Kristus (Papan & Kayu Lintang).
Onesimus artinya ”orang yang berguna/berfaedah”.
Dengan demikian, pada saat kita bersekutu dan belajar tentang surat Filemon, hendaknya kita berpikir dan mengambil sikap tegas
bahwa “Persekutuan” kita harus membawa manfaat bagi semua pihak. Namun kita harus mengerti bahwa
kesatuan dan persatuan ini, tidak hanya sampai pada kata-katanya saja (contoh: "ayo kita bersatu, kita bersekutu“),
tetapi harus kita gali lebih dalam lagi. Apa dampaknya? Apa tujuan persatuan itu? Apa tujuan pembangunan Tabernakel yang dibangun
dengan papan-papan dan kayu lintang? Untuk apa sebenarnya semua itu dilakukan? Dalam penjelasan-penjelasan selanjut-nya, semua
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab sendiri oleh Alkitab yang tersusun rapih dalam pola Tabernakel.
Memang nama Onesimus memiliki arti yang indah,
yaitu "orang yang berguna", tapi bagaimana kehidupan masa lampaunya?
Filemon 1 : 10-11
“mengajukan permintaan kepadamu mengenai
anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus, dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang
sangat berguna baik bagimu maupun bagiku.”
Dulu tidak berguna, sekarang berguna! Kalau
dulu dia ulah tingkahnya sangat negatif, merugikan majikannya, maka sekarang setelah dia bertobat, Onesimus sangat berguna
bagi dua pihak, yaitu Rasul Paulus dan juga Filemon. Itulah Onesimus, dan itu juga gambar bayang kita manusia. Sebagai manusia
berdosa yang sudah bertobat, sudah ditebus oleh korban Kristus seharusnya menjadi pribadi yang sangat berguna, bermanfaat
dalam banyak segi kehidupan, menguntungkan banyak pihak dan menjadi berkat bagi semua orang!
Persekutuan harus menguntungkan dua belah pihak,
bukan sekedar kumpul-kumpul, dan tidak menghasilkan hal yang baik. Seperti rasul Paulus mengembalikan Onesimus kepada Filemon
dengan satu keyakinan bahwa dia sekarang sangat berguna buat Filemon dan dirinya (rasul Paulus), hendaklah persatuan dan kesatuan
kita bertitik pusat kepada berguna atau membawa sesuatu yang baik. Kalau persekutuan itu tidak menghasilkan apa-apa dan hanya
menghasilkan perpecahan, gosip atau hal-hal yang negatif maka jangan kita meneruskan persekutuan semacam itu. Contoh persekutuan
yang paling kecil adalah suami-istri. Suami harus berguna bagi istrinya, demikian juga sebaliknya. Banyak kenyataan negatif
di dunia ini dimana suami-istri tidak pernah ketemu walaupun satu rumah. Bagaimana mereka bisa menjadi sangat berguna satu
dengan yang lainnya? Apa jadinya dengan anak dan keluarga mereka? Jadi, suatu persekutuan hendaknya menghasilkan yang berguna.
Bila tidak maka harus kita jauhi.
Dalam Alkitab ada beberapa kata yang berkaitan
dengan kata "berguna" yang perlu kita cermati bersama.
?
? Amsal 14 : 23
“Dalam
tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja.
Ini firman Allah,
dari pada banyak bicara (bicara hal-hal yang tidak perlu seperti gosip, dll.) lebih baik giat bekerja supaya berhasil dan
membawa keuntungan. Onesimus itu sebagai hamba dulunya tidak mendatangkan keuntungan bagi majikannya, malah merugikan. Namun
Onesimus, setelah dia bertobat, bukan sekedar pandai bersaksi, pandai berkothbah, tetapi dia telah membuktikan bahwa dirinya
adalah kehidupan yang berguna dalam segala perkara. Jangan menjadi pegawai yang mencuri, korupsi, manipulasi atau menipu,
sehingga merugikan majikan kita, namun jadilah seperti Onesimus yang sudah bertobat dan berguna bagi semua orang.
? Roma 15 : 2
“ Setiap
orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya (=berguna) untuk membangunnya.”
Membangun dalam
bahasa Mandarin disebutkan dengan lebih jelas yaitu membangun kesusilaan, membangun kesopanan. Artinya kalau kita berkumpul
seharusnya menghasilkan akhlak atau moral yang lebih baik. Mungkin yang awalnya kurang sopan, setelah bergaul dengan kita
menjadi lebih sopan atau lebih baik tutur katanya. Jangan sampai terjadi sebaliknya seorang yang tadinya baik-baik, setelah
bergaul atau berkumpul dengan kita malah jadi tidak baik. Kita harus belajar supaya menjadi berkat buat tetangga, menjadi
berkat buat siapapun juga.
? 1 Korintus 10:24,33
“Jangan
seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi
hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.”
Rumusan Firman
Allah seringkali tidak cocok dengan dunia ini, dalam hal ini adalah dunia dagang. Mana ada para pedagang yang lebih mementingkan
keuntungan orang lain? Kita harus jujur mengenai hal ini dan Tuhan pasti tolong kita dalam penyucian. Kita harus rindu supaya
keuntungan itu sama rata. Jangan seperti orang dunia yang merasa wajar untuk mencari keuntungan pribadi di atas penderitaan
orang lain. Namun keuntungan yang dirindukan Tuhan bisa kita praktekkan terhadap orang lain bukan hanya perkara jasmani.
Ayat 33
“Sama
seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi
untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat.”
Kita harus bisa
memikirkan keselamatan orang lain, memikirkan keselamatan nikah orang lain. Jika nikah kita sudah baik, saksikan bagaimana
Tuhan menolong nikah kita, bagaimana Tuhan menolong pribadi kita, sehingga orang lain bisa diselamatkan juga. Rasul Paulus
Paulus menegaskan kepada jemaat Efesus, “...jangan mengeluarkan kata-kata yang kotor, tapi dalam segala kondisi keadaan,
pergunakan kata-kata yang membangun, yang menguntungkan orang lain.”
? 1 Timotius 4 : 8
“Latihan
badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini
maupun untuk hidup yang akan datang.”
Ayat 9
“Perkataan ini benar dan patut diterima
sepenuhnya.”
Hal utama yang perlu kita perhatikan dan praktekkan
dalam kaitannya yang kata 'berguna' adalah ibadah (kesalehan hidup). Mengapa? Karena perkara-perkara horisontal (jasmani)
hanya sementara, sedangkan perkara-perkara vertikal (rohani, dalam hal ini ibadah) bersifat kekal (berguna dalam hidup
ini maupun untuk hidup yang akan datang). Ayat 9 tersebut menyatakan bahwa Rasul Paulus bersungguh-sungguh waktu menyampaikan
hal tersebut kepada Timotius yang masih muda. Dia juga bersunguh-sungguh waktu? menyampaikan kepada Filemon supaya Filemon
nanti menerima kembali Onesimus yang tidak berguna dulunya, tapi sekarang sudah sangat berguna. Dalam diri orang yang sudah
bertobat terdapat potensi, yaitu potensi yang positif, potensi yang baik. Kita diselamatkan supaya kita ini mengerjakan pekerjaan
yang baik yang telah Tuhan siapkan bagi kita, yaitu pembangunan Tubuh Kristus.
Terkait dengan istilah 'pembangunan' Tubuh
Kristus, mari kita perhatikan terlebih dulu apa yang dinyatakan Alkitab mengenai Tabernakel, khususnya yang terkait dengan
Surat Filemon, yaitu papan-papan jenang dan kayu lintang.
Kita perlu mengetahui hal ini terlebih dulu supaya kita mendapatkan gambaran yang lebih jelas pada saat kita masuk dan mulai
mempelajari surat Filemon ini.
(Perhatikan gambar Papan Jenang dan Kayu
Lintang yang terlampir)
Ingat, gambar-gambar tersebut hanya membantu
kita untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang Tabernakel dalam kaitannya dengan surat Filemon. Fokus kita adalah
arti-arti rohaninya dan bukan gambar atau hal-hal fisik yang sering menjadi alasan untuk diperdebatkan. Untuk detailnya dapat
kita baca dalam kitab Keluaran.
Tinggi papan-papan tersebut 4,5 meter, sementara
tinggi manusia kira-kira 1,80 meter. Kita boleh bayangkan, berapa beratnya papan-papan itu, berapa kekuatan yang dibutuhkan
supaya papan tersebut jangan sampai goyang. Dalam Alkitab dikatakan ada 5 kayu lintang yang melintang atas 20 papan, yang
di tengah itu bahasa aslinya tembus tepat di tengah-tengah (tidak kelihatan). Bisa kita bayangkan berapa tebal papan itu harus
dibuat. Kayu penaga yang dipakai sebagai bahan untuk membangun Tabernakel begitu berat. 1 (satu) kayu lintang itu tembus di
tengah-tengah papan-papan tersebut, dari ujung sampai ujung, sedang empat lainnya nampak di luar, memasuki gelang emas, dari
ujung sampai ujung. Kesemuanya merupakan satu bagian papan jenang yang sangat kuat, dan papan-papan ini berdiri tegak dan
kuat di atas perak. Nantinya kesatuan papan-papan tersebut akan menanggung 4 lapis tenda dan tudung yang berat sekali. Ditumpuk
dengan 4 lapis kain tenda dan juga bulu kambing, itu berat sekali, ditambah tudung kulit domba yang dicelup merah, dan kulit
mina gajah yang teratas yang tidak berukuran itu. Di sini kita bisa melihat betapa pentingnya kesatuan, keeratan dari papan-papan
dan kayu lintang ini.
5 (lima) kayu lintang tersebut adalah gambar
bayang dari korban Kristus (5 luka Kristus). Hanya salib (korban) Kristus yang bisa mempersatukan papan-papan itu. Papan-papan
jenang menggambarkan anak-anak Tuhan. Semua harus rata, masing-masing 10 hasta panjangnya, 1,5 hasta lebarnya. Semua sama,
tidak boleh ada yang berbeda, dan semuanya dilapisi emas murni. Jadi antara papan dengan papan, tidak tergesek antara kayu
dengan kayu karena ada lapisan emas tersebut.
Tuhan perintahkan pembuatan semua benda-benda
tersebut kepada Musa. Tuhan memberikan ukuran-ukuran tersebut menurut hikmat dan logika arsitektur. Walaupun Musa melaksanakannya
dengan iman, tapi semuanya masuk akal (logika). Tidak mungkin Tuhan menyuruh Musa membuat Tabernakel secara sembrono (asal-asalan).
Allah memberikan rincian yang sangat jelas dan hal itu berarti semuanya sudah terencana secara logis. Bagaimana tingginya,
kenapa mesti tinggi begitu, dst. Tentunya sekarang kesemua hal tersebut mengandung arti rohani.
Untuk membangun Tabernakel, Tuhan tidak memakai
kayu yang lain selain kayu Penaga, mulai dari halaman sampai di ruangan maha suci. Kayu Penaga merupakan sebuah pohon yang
bentuknya tidak lurus, jelek dan berbonggol-bonggol, berduri tetapi kuat tegar dan bisa hidup di padang gurun (hanya ada di
padang belantara Palestina). Kayu penaga ini gambar bayang manusia yang berdosa, hitam, yang tidak lurus dan bengkok
pikiran maupun tutur katanya, serta licik hatinya. Tuhan mau pakai kehidupan seperti itu tetapi dengan syarat harus mau dipotong,
dilepaskan dari akarnya,? kemudian? dipasrah (diskrap), digergaji dan dibentuk.
Yesus harus menjadi manusia dan Dia dilukai,
mempunyai tanda 5 luka, sehingga Dialah menjadi sumber persatuan dan kesatuan. Angka 10 adalah 10 hukum, itulah kasih kepada
Allah dan kasih kepada manusia. Jika kita mau bersatu, kita harus memiliki kasih dari? Allah. Tanpa kasih Allah, tidak ada
persatuan.
Papan ini ukuran lebarnya 1 ? hasta, dan angka
1,5 itu adalah angka perantara. Kasih adalah perarntara yang menyatukan. Suami istri bisa satu karena ada kasih.
Pada Tabernakael ada tiga alat yang mempunyai
ukuran 1 ? hasta selain papan tadi:
1. Tinggi Mezbah Korban Bakaran (diambil tengahnya, tempat binatang dikorbankan – Kel 27:1-8) – Yesus
sebagai perantara perdamaian antara manusia dengan Allah (1 Tim 2:5-6, dll.).
Tingginya mezbah tersebut sebenarnya 3
hasta, tetapi di bagian tengah ada jaring tembaga, dimana lembu, domba dan bahan-bahan korban diletakkan untuk dibakar. Dengan
demikian lantai jaring-jaring tembaga itu memisahkan tingginya Mezbah Korban Bakaran menjadi 1,5 ke bawah, 1,5 ke atas. Di
situlah Yesus menjadi perantara perdamaian antara manusia dengan Allah. Kalau kita mau bersatu, jangan pakai sistem dunia
atau sistem organisasi mana pun. Persatuan semacam itu hanya luarnya bersatu, tapi dalamnya seringkali kropos. Hanya Yesus
(Firman Allah) yang mampu membuat kita menjadi satu.
2. Tinggi Meja Roti Sajian (Kel 25:23-30) – Firman menjadi perantara, jika mau bersatu harus menghargai
firman Allah.
3. Tinggi Tabut Perjanjian (Kel 25:10-22) – Disatukan antara tabut = ’gereja’ (mempelai perempuan
Anak Domba) dengan tutup pendamaian = ?Yesus Mempelai Laki-laki.
tutup itu adalah Kristus, Mempelai Pria Sorga, petinya
itulah gereja Tuhan
Tidak ada cara lain yang dapat mempersatukan
kita selain Yesus, yaitu Korban-Nya. Itu sebabnya, 1,5 dan 1,5 (papan-papan tersebut) disatukan dengan lima kayu lintang.
Dalam praktek sehari-hari kita harus rela untuk dibentuk sedemikian rupa sehingga kalau kita bertemu satu dengan yang lain,
kita harus menjadi perantara yang baik yaitu perantara perdamaian, bukan perantara yang membuat suasana lebih runcing atau
lebih jadi tidak beres.
Dalam mempelajari surat Filemon, kita harus
belajar memposisikan diri sebagai pribadi-pribadi yang disebut dalam surat tersebut. Di dalam Filemon ini memang ada banyak
nama-nama yang disebutkan. Kalau kita di posisi Paulus, bagaimana? Kalau diposisi Filemon, bagaimana? Kalau diposisi Apfia,
bagaimana? Kalau diposisi Timotius, bagaimana? Waktu Rasul Paulus mau mengembalikan Onesimus, bagaimana sikap Filemon dan
bagaimana sikap istrinya? Hal ini memang bukan suatu hal yang mudah. Itu sebabnya, kita lihat kembali bahwa untuk bisa melihat
eratnya persekutuan dan kekuatan yang tidak tergoyahkan, kesatuan masing-masing harus mempunyai hukum yang sama yaitu cinta
kepada Allah dan cinta kepada sesama manusia. Lebih tegas lagi Rasul Paulus menyatakan hal tersebut dalam surat kepada jemaat
Kolose.
Kolose 3 : 13 dan 14
“Sabarlah kamu seorang terhadap yang
lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah
mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan
dan menyempurnakan.”
Papan-papan itu semua dilalui oleh 5 kayu lintang
(korban Kristus), tidak boleh ada satupun yang dilalui cuma 2 atau 3 kayu lintang saja. Korban Kristus yang menyatukan kita,
akan membuat kita menjadi bangunan yang kuat dan erat untuk melestarikan apa yang ada di dalamnya. Persatuan dan kesatuan
kita ini akan menghasilkan yang positif, apabila di dalamnya ada alat-alat ibadah yaitu Meja Roti Sajian (Firman Allah), Pelita
Emas (Karunia Roh Kudus), Mezbah Dupa Emas (Penyembahan) dan Tabut Perjanjian (Mempelai Wanita Tuhan dan Mempelai Pria Sorga).
Kita hanya membicarakan 3 atau bahkan 4 alat-alat tersebut. Tidak ada saling iri atau cemburu, namun sama-sama menyembah kepada
Tuhan, menuju harapan menjadi mempelai wanita Tuhan.<;;/p>
Setelah membaca pendahuluan di atas, diharapkan
Anda semua sudah lebih mengerti maksud, arah dan tujuan ditulisnya surat Filemon tersebut. Dasar pemikiran dan konsep yang
menjadi dasar pembelajaran kita selanjutnya, seperti yang sudah dijelaskan dalam bagian pendahuluan tersebut, hendaklah menjadi
hal yang selalu kita ingat saat kita membahas surat Filemon ini. Baiklah sekarang kita masuk ke bagian inti pembelajaran kita
yaitu surat Filemon itu sendiri.
Filemon 1 : 1-3
“Dari Paulus, seorang hukuman karena
Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami dan kepada Apfia saudara perempuan
kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita dan kepada jemaat di rumahmu: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah,
Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.”
Satu hal yang membedakan surat Filemon dari
surat-surat Rasul Paulus yang lainnya adalah kalimat 'Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan ...'. Kalimat
tersebut menyatakan beberapa hal yang sangat penting dalam mewujudkan kesatuan dan persatuan Tubuh Kristus:
1. Rasul Paulus tidak menyatakan dirinya sebagai rasul. Dalam kaitannya dengan arti Filemon (=persaudaraan), maka Rasul
Paulus sama sekali melupakan statusnya sebagai seorang rasul. Kalau mau terjadi persatuan, jangan memandang status, kedudukan,?
wibawa, dan jangan menonjolkan kehebatan diri. Sikap tidak menonjolkan kedudukan atau jabatan adalah sikap yang tepat untuk
mewujudkan kesatuan dan persatuan Tubuh Kristus.
2. Rasul Paulus dengan kejujurannya menyatakan terus terang bahwa dia dipenjara karena Kristus. Pernyataan diri sebagai
orang hukuman menyatakan sikap rela menderita demi terwujudnya kesatuan dan persatuan Tubuh Kristus.
Kalau kita dipenjara karena kesalahan kita,
apa untungnya, tapi kalau kita disiksa karena kita orang Kristen, berbahagialah, karena Roh Allah ada di atas kita. Rasul
Paulus, saya sangat yakin, dia diurapi oleh Roh Allah, karena dia dipenjara karena Kristus, dia dihina oleh karena Kristus.
Rasul Petrus pun mengalami hal yang sama dan hal itu dinyatakannya dalam suratnya.
1 Petrus 4 : 14-16
“Berbahagialah kamu, jika kamu dinista
karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.
Rela menderita demi Kristus-mendatangkan kesatuan-sama
seperti Kristus yang rela menderita demi manusia berdamai/bersatu (kembali) dengan Allah. Menderita seperti itu berbahagia,
sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada pada kita!
Kalau karena Kristus kita diejek dan diolok,
namun kita tetap bertahan, maka urapan itu ada. Roh Kudus bertujuan untuk mempersatukan. Itu sebabnya Efesus 4 mengatakan,
usahalah memelihara kesatuan Roh. Jadi kalau kita ada Roh Kudus, maka kita lebih rindu dalam persatuan. Namun kita harus ingat
bahwa Roh Kudus, Roh urapan itu, selalu ada kalau kita? rela menderita karena Kristus. Kristus rela menderita demi pemulihan
persatuan kita dengan Allah, Allah dengan kita. Jadi Dia menderita, supaya kita dengan Allah dipersatukan.
Ayat 15
Janganlah ada di antara kamu yang harus
menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau.
????????? Kalau ada orang yang mengacau, memecah belah itu tidak ada Roh Kudus. Orang yang ada Roh Kudus
tidak mungkin membenci istrinya, tidak mungkin membenci suaminya, tidak mungkin membenci saudaranya, karena Roh Kudus itu
pemberi kasih. Roma 5 mengatakan, kasih Allah dicurahkan kepada kita melalui Roh KudusNya yang Allah berikan kepada kita.
Kasih itu, kasih perdamaian, kasih persekutuan, kasih persatuan.
Ayat 16
Tetapi, jika ia menderita sebagai orang
Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.”
Rasul Paulus membuktikan bahwa dia tidak malu
menyatakan dirinya berada di penjara oleh karena Kristus Yesus. Ada hal indah lainnya yang dinyatakan oleh Rasul Paulus. Dia
menyebut Timotius adalah saudaranya. Ada saatnya, rasul Paulus mengatakan Timotius itu anakku, kepada sidang jemaat Korintus;
kepada Timotius sendiri dia katakan, “Timotius, engkau, anakku yang sungguh-sungguh...”. Namun kepada Filemon
dia mengatakan Timotius adalah saudaranya. Ada suatu peningkatan, ada suatu pengangkatan. Kalau anak dan ayah kadang-kadang
tarafnya atau kedudukannya berbeda dimana anak harus patuh sama orang tua. Tapi di sini dia nyatakan Timotius sebagai saudara,
kenapa saudara? Sebab Timotius sudah mulai lebih dipercaya bisa melayani pekerjaan Tuhan dengan baik.
Rasul Paulus tidak ingin sendirian, dia mengajak
Timotius untuk menulis surat supaya sekaligus ada saksi mata, ada saksi hidup. Apa-apa yang kita kerjakan, kesatuan dan persatuan,
jangan sendiri-sendiri, ajak orang lain untuk menyaksikan bahwa surat persatuan ini sangat indah sekali. Timotius yang juga
merupakan sekerja bersama dengan Filemon, diajak rasul Paulus untuk menjadi saksi supaya surat yang ditulisnya itu teguh.
Sekalipun Paulus yang menulis surat, benar atau tidak kesaksian hidup itu penting sekali.
Filemon ikut bekerja dalam pekerjaan Tuhan,
walaupun bukan full timer. Dia adalah satu keluarga yang kaya sekali, dan surat tersebut ditujukan kepada Filemon dengan
istrinya, yang namanya Apfia dan juga Arkhipus, anaknya. Persatuan itu begitu meluas, antara Paulus dan Filemon, dimana ada
keinginan agar Onesimus dibawa kembali dan dipersatukan dengan Filemon, namun istri dan anaknya harus tahu tentang hal itu
juga. Persatuan itu mencakup banyak segi sampai seluruh anggota keluarga menerima dengan baik. Ini bukan tugas yang gampang.
Karena wanita itu peka, sensitif, kalau sudah pernah disakiti hatinya, sangat sulit untuk melupakan. Onesimus sudah cukup
lama merugikan keluarga ini, tapi Paulus, dia berani merendahkan diri, dalam usia yang tua, dia menulis, “...saudara
yang kekasih, Filemon, dan juga saudariku, Apfia, dan juga Arkhipus, dan bahkan sidang jemaat.” Kesatuan itu tidak hanya
diketahui oleh satu pribadi, tetapi diketahui oleh keluarga, dan juga sidang jemaat (bisa kita baca dalam Filemon 1:1 &
2).
Jadi surat ini merupakan
surat terbuka, walaupun memang ditujukan kepada Filemon, tetapi akhirnya semua orang boleh baca, semua boleh mengerti, dan
semua harus rela masuk dalam proyek persatuan dan kesatuan tersebut. Onesimus diterima atau tidak diterima, tergantung
pada suratnya Paulus, tergantung juga pada pribadi-pribadi Filemon dan Apfia, dan juga Arkhipus serta sidang jemaat yang pernah
dirugikannya. Tetapi tulisan Paulus memang luar biasa, urapan Roh Kudus itu membuat keluarga Filemon disirami dengan kemurahan
dan sejahtera Allah. Ini permulaan persatuan, ?harus datang anugerah Allah dulu.
Ayat 3
“Kasih karunia dan damai sejahtera
dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.”
????????? Untuk menuju pada kesatuan yang nyata, untuk menjadi berkat dalam persekutuan, doa ini harus menjadi
pola kita yaitu doa ucapan syukur. Rasul Paulus belum tahu apakah Filemon bersama istrinya, anaknya dan jemaatnya itu,
mau menerima kembali Onesimus, tetapi dia memiliki pengharapan mereka akan menerima Onesimus kembali karena itu rasul Paulus
berdoa. Jadi jangan kita mau kembalikan suatu suasana persatuan tanpa doa, doa ucapan syukur, doa ingat orang lain punya kebaikan,
doa ingat kasihnya orang lain, jangan berdoa ingat kejelekan orang lain.
Demi Onesimus maka Rasul Paulus menulis surat
ditujukan kepada Filemon dan keluarga juga jemaat yang ada di rumahnya. Suatu kesatuan itu harus jelas di hadapan semua pihak, bukan pribadi sendiri. Demi terwujudnya persekutuan yang benar,
maka DOA SYUKUR sangat penting dinaikkan kepada Tuhan.
Fil 1:4-7
“Aku mengucap syukur kepada Allahku,
setiap kali aku mengingat engkau dalam doaku, karena aku mendengar tentang kasihmu kepada semua orang kudus
dan tentang imanmu kepada Tuhan Yesus. Dan aku berdoa, agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerjakan pengetahuan
akan yang baik di antara kita untuk Kristus. Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati
orang-orang kudus telah kauhiburkan, saudaraku.”
Dengan hikmat Roh Kudus, Filemon dibuat tidak
berkutik, artinya sepertinya dia dipojokkan untuk berbuat baik. Lebih jauh lagi dia dipojokkan untuk terus melakukan kasih,
sebab nanti dia akan membuktikan kasihnya, imannya kepada Onesimus. Karena ini doa kita, kalau kita ingin persatuan dan kesatuan,
kita berdoa untuk orang yang pernah dirugikan,? orang yang pernah sakit hati, tetapi mereka cinta Tuhan. Filemon pernah sakit
hati, termasuk istri dan anaknya, bahkan semua jemaat, karena ulah tingkahnya Onesimus, tetapi di pihak yang lain mereka tetap
berbuat baik, mencintai saudara-saudara yang lain, dan selalu berbuat baik dalam persekutuan. Jadi kita harus bisa melihat
doa dari seorang hamba Tuhan, dalam hal ini Rasul Paulus yang senantiasa terus mengucap syukur dalam doanya.
Roma 1 : 8
“Pertama-tama aku mengucap syukur
kepada Allahku oleh Yesus Kristus atas kamu sekalian, sebab telah tersiar kabar tentang imanmu di seluruh dunia.”
Melihat imannya jemaat Roma saja sudah bisa
membuat Rasul Paulus mengucap syukur, apalagi kalau sidang jemaat menerima karunia-karunia Roh Kudus. Ini patut dicontoh oleh
para hamba-hamba Tuhan.
1 Korintus 1 : 4-7
“Aku senantiasa mengucap syukur kepada
Allahku karena kamu atas kasih karunia Allah yang dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus. Sebab di dalam Dia kamu
telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai
dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu. Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karuniapun
sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus.”
Para pendeta atau hamba Tuhan seharusnya mengucap
syukur kepada Allah kalau sidang jemaatnya memperoleh karunia hikmat Firman Allah serta karunia-karunia lainnya. Jangan malah
iri hati atau cemburu karena takut disaingi oleh sidang jemaatnya. Namun, kalau karunia itu ada tapi tidak tahu penempatannya,
maka di situlah terjadi perpecahan. Rasul Paulus berterima kasih dalam surat Efesus dan dia berdoa, supaya Roh Tuhan memberikan
hikmat pada sidang jemaat. Bayangkan saja, seorang hamba Tuhan yang begitu rindu sehingga dia berdoa agar jemaatnya lebih
beroleh karunia dan hikmat, untuk bisa mengetahui rahasia firman Allah.
Efesus 1 : 15-17
“Karena itu, setelah aku mendengar
tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, akupun tidak berhenti mengucap syukur karena
kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia
itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.”
Tidak bisa kita katakan bahwa urapan itu saya
punya, tidak boleh orang lain tahu, cuma saya sendiri. Itu keliru! Roh Allah itu tidak bisa dibatasi, namun Roh Allah itu
tertib. Itu sebabnya di dalam papan-papan jenang dan kayu lintang ini semua tertib teratur. Tuhan telah memberikan wahyu,
ilham Roh kepada almarhum pendeta F. G. van Gessel, yang kemudian menata kitab-kitab tersebut begitu rapi dalam susunan Tabernakel.
Hal tersebut bisa membuat kita sangat kagum, tapi beliau pernah berkata kepada Pdt. C. Totaijs (alm.), “...apa yang
saya dapat belum sempurna, banyak kitab-kitab yang saya belum tahu. Maka kau, Carl, kamu mesti kembangkan lebih jauh, dapatkan
lebih dalam lagi.” Itu sikap seorang bapak, seorang guru, seorang gembala, seorang hamba Tuhan yang begitu ingin supaya
muridnya, anaknya, siapanya itu, bisa maju. Apa yang diterima saya (Pdt. Paulus Budiono, red.) saat ini, ya sebatas
saya, tapi Tuhan akan memakai saudara lebih lanjut, hanya saya harus mengatakan bahwa apapun ilham Roh itu, tidak akan keluar
dari konteks yang sudah ada.
Efesus 1 : 22 dan 23
“Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya
di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya,
yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.“
Kristus adalah Kepala gereja dan sidang jemaat
itu tubuhNya. Pada waktu pembuatan papan dan kayu lintang, tidak disebutkan membuat, tapi mendirikan, berarti ini merupakan
sesuatu yang harus dipraktekkan.
Dalam semua surat-surat tulisan Rasul Paulus,
tidak sedikitpun dia lupa untuk menyampaikan banyak terimakasih kepada nama-nama ataupun jemaat yang terkait dalam suratnya
tersebut. Namun ada satu surat yang tidak berisi ucapan terimakasih satu kata pun, bahkan penuh dengan teguran yang keras.
Itulah surat Galatia.
Galatia 4 : 16-20
“Apakah dengan mengatakan kebenaran
kepadamu aku telah menjadi musuhmu? Mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu, tetapi tidak dengan tulus hati, karena
mereka mau mengucilkan kamu, supaya kamu dengan giat mengikuti mereka. Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik
orang lain dalam perkara-perkara yang baik, asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada di antaramu.
Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita
sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu. Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat
ini dan dapat berbicara dengan suara yang lain, karena aku telah habis akal menghadapi kamu.”
Sidang jemaat Galatia mencintai rasul Paulus
tetapi karena injil yang lain dan mengabaikan salib maka mereka tidak mau lagi menderita atau menyalibkan daging serta hawa
nafsunya. Dengan demikian maka setiap kebenaran Firman Allah akan menjadi musuhnya. Pada sidang jemaat Galatia tidak disebutkan
adanya ucapan terimakasih karena sidang jemaat Galatia ini dimulai dari Roh dan diakhiri dengan daging.
Galatia di dalam pola Tabernakel terkena pintu
kemah (=kepenuhan Roh Kudus), yang juga merupakan pintu dari papan-papan ini. Pintu Kemah memisahkan antara ‘pelataran’
dan ‘ruang kudus’ Tabernakel! Memisahkan antara ‘Daging’ dan ‘Roh’ (bandingkan Gal 3:3).
Sidang jemaat Galatia sudah menyimpang, mereka sudah menerima injil yang lain dan rasul Paulus tidak toleran dalam masalah
ini, sehingga dia menegur dengan keras. Tetapi teguran sekeras apapun yang rasul Paulus sampaikan kepada jemaat Galatia, di
dalamnya terkandung cinta yang begitu besar. Itu sebabnya, sejauh mana papan-papan jenang membentuk satu Tabernakel, maka
pintu kemah ini, tidak boleh terabaikan. Dengan demikian kita bisa melihat kesinambungan antara papan jenang dengan pintu
kemah ini dan jangan sampai terjadi perpisahan.
Galatia? merupakan gambar bayang antara Roh
Kudus dan daging, dan di situlah terjadi begitu banyak pergumulan bagi rasul Paulus. Dia menegur rasul Petrus yang salah,
dia menegur sidang jemaat Galatia yang kena ragi, sehingga perombakannya itu sudah tidak betul. Dia menegur sidang jemaat
Galatia supaya sungguh-sungguh menyalibkan daging dan hawa nafsunya, supaya bisa menuruti pimpinan Roh Kudus.
Jemaat Galatia juga sudah tertarik dengan Injil
yang lain. Injil yang lain membuat kita menolak kebenaran, tapi Injil keselamatan itu membuat kita lebih senang kalau mendengar
firman kebenaran, firman yang menyucikan dan firman yang menyempurnakan kita.
Rasul Paulus merasa menderita seperti sakit
bersalin, ini karena dia begitu cinta kepada jemaat Galatia. Itulah sebabnya dia tegur sekeras-kerasnya, seperti seorang ibu
yang menderita sakit bersalin karena sudah menerima benih dari suami yang dicintainya. Rasul Paulus rindu supaya jemaat Galatia
bisa menyatu kembali dengan pribadi Yesus yang telah mati untuk mereka? (Gal 3:1). Karena itu jangan sampai salah paham, kalau
gembala memberikan suatu teguran yang keras.
Persatuan kesatuan prakteknya begitu sulit,
tetapi kita tidak boleh mundur karena kesulitan, tidak boleh berhenti dalam visi misi untuk pembangunan tubuh Kristus. Maka
yang penting adalah bagaimana kita, dengan satu kemauan yang keras, berbicara tentang manfaat dari persekutuan, bukan hanya
untuk satu orang saja tetapi kepada semua orang dengan sejelas-jelasnya. Semoga pembelajaran kita tentang Filemon ini dapat
kita sebarkan kepada yang lain, kita diminta supaya jujur, supaya terbuka siap untuk menerima siapapun yang seperti Onesimus
itu.
Tuhan berkati saudara sekalian,
Amin.