Membangun Pintu Gerbang
Ikan (Nehemia 3:3)
01
Oktober 2004
Pdt. Soejadmono
Puji Tuhan! Shalom!
“…..demikianlah
firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, …... (Yes 55:11). Dan firman
itu adalah perintah, kiranya kita beroleh kemurahan untuk bisa melaksanakannya dengan baik.
Kita sudah menelusuri
dan tahu bahwa Nehemia adalah sosok pribadi yang sangat teliti dalam perencanaan maupun pembangunan fisik. Meski dia seorang
pegawai di pemerintahan Persia raja Artahsasta saat itu, hatinya berkobar-kobar untuk ingin membangun kembali kota Yerusalem
(tembok dan pintu-pintu gerbang) yang runtuh terbakar. Jiwanya sangat merindukan agar bangsanya, bangsa Israel, bisa beribadah
kepada Tuhan dengan baik tanpa gangguan dan rintangan. Maka dia pulang ke Yerusalem setelah mendapat izin dari pemerintahnya.
Nehemia memanfaatkan waktu yang diberikan, dengan sangat teliti dan cermat merencanakan pembangunan kembali kota Yerusalem.
Kemudian dia memanggil semua pemuka-pemuka Yahudi dan imam-imam yang ada, dan memberikan penjelasan yang mendorong semangat
untuk membangun. Mereka melihat, menyadari bahwa Tuhan sedang melawat dan membantu/menolong mereka, maka mulailah mereka ikut
serta dalam pembangunan itu. Semua tembok Yerusalem yang runtuh mulai dibangun kembali, batu disusun di atas batu, masing-masing
pintu gerbang dibangun dan diperbaiki, sehingga terjadi penyatuan antar pintu gerbang yang satu dengan pintu gerbang lainnya.
Dengan demikian kota itu mulai terlihat wujudnya, walau rintangan dan ancaman, terror semakin gencar dan berat. Tetapi proyek
pembangunan yang besar itu tetap berjalan dan kota Yerusalem yang seluas kira-kira 10 Km x 4 Km dapat selesai dalam tempo
52 hari. Ini semua terlaksana karena pertolongan Tuhan dan kerjasama yang baik di masing-masing daerah. Waktunya sangat singkat
juga untuk akhir zaman ini, karena itu selama hari masih siang bekerjalah sungguh-sungguh demi pembangunan persatuan dan kesatuan
tubuh Kristus yang Am!
Tentang Pintu Gerbang Domba sudah kita selidiki dan kita dibawa pada pengertian bahwa pentingnya
kita berada dalam system ‘penggembalaan’ dengan segala aspek dan perlindungannya. Pintu Gerbang Domba pada zaman
dulu memang diperuntukkan bagi masuk-keluarnya domba-domba dan gembala. Memang aneh, tetapi ini fakta sejarah. Jika orang
lain melihat Pintu Gerbang Domba, mereka tidak lewat sana, tetapi mencari pintu yang lain. Oleh karena itu kita harus mempunyai
suatu kemauan yang keras setelah dibangun kembali, setelah kita sadar pentingnya penggembalaan, maka dari para gembala (hamba-hamba
Tuhan) sampai sidang jemaat, harus terus menekuni dan berpegang teguh kepada sistem penggembalaan. Sementara itu pintu gerbang
yang lain juga sedang dibangun, dan antara pintu gerbang satu dengan yang lain harus saling bersambungan dengan dibangunnya
kembali tembok pagar. Nah, kita sekarang sampai pada pembangunan Pintu Gerbang Ikan.
Nehemia 3 : 3-5
Pintu
gerbang Ikan dibangun oleh bani Senaa. Mereka memasang balok-balok lalu memasang pintu-pintunya dengan pengancing-pengancing
dan palang-palangnya. Berdekatan dengan mereka Meremot bin Uria bin Hakos mengadakan perbaikan, dan berdekatan dengan dia
Mesulam bin Berekhya bin Mesezabeel. Berdekatan dengan dia Zadok bin Baana mengadakan perbaikan, Dan berdekatan dengan
dia orang-orang Tekoa. Hanya pemuka-pemuka mereka tidak mau memberi bahunya untuk pekerjaan tuan mereka.
Pada ayat
ke 5 disebutkan bahwa pemuka-pemuka orang Tekoa itu tidak mau disuruh kerja berat. Namun Nehemia tidak mau memaksa, sebab
pembangunan ini untuk Tuhan, untuk kesejahteraan bangsa itu sendiri. Jika ada yang tidak mau ikut, tidak usah dipaksa. Kita
yang digarap oleh Firman Allah, kita mau merendahkan diri supaya jangan ada yang merasa diri hebat dan merasa tidak perlu
terikat dalam pekerjaan pembangunan rohani yang berat. Pada zaman itu mereka semua bekerja, baik laki-laki maupun perempuan
tua muda (Neh 3:9-12). Kita harus belajar pengertian rohaninya, mungkin kita tidak harus turun tangan secara fisik,
tetapi hati jiwa kita harus betul-betul mau ikut bekerja dalam proyek rohani yang maha besar ini, sebab kalau kita ada perasaan
lebih dengan kedudukan sebagai gembala, dan merasa gembala tidak boleh kerja ini dan itu, harus jadi ini, maka pembangunan
dan penyatuan itu tidak pernah akan terwujud. Penyatuan itu terjadi bila setiap ‘batu’ menyadari bahwa dia adalah
‘batu yang hidup’ yang seyogianya menyatu bersama dengan ‘Batu Hidup’ yaitu Kristus! Tidak ada satu
batu yang boleh merasa sebagai batu yang besar, atau batu yang hebat, atau hanya batu kecil tak berarti. Semua batu itu adalah
batu hidup, dan semuanya menyatu pada SATU pribadi yang namanya Yesus (1 Petrus 2:1-10). Kita semua datang sebagai
batu yang hidup, masing-masing bekerja, tidak ada ketakutan, segan karena kita semua membaur dalam kesatuan dan dibangun menjadi
tembok yang kokoh dan kuat. Memang proses ini tidak gampang, sebab sangat banyak rintangan. Namun semakin banyak rintangan,
semakin kita menyatu, ini sungguh indah. Dalam pembangunan Tubuh Kristus jangan ada seorang pun yang merasa diri lebih hebat
dari yang lain, seperti dikatakan pada ayat 5, pemuka-pemuka tidak mau memberi bahunya, terlalu berat. Tetapi Nehemia tidak
memaksa. Nehemia kerja terus dan kali ini adalah pembangunan Pintu Gerbang Ikan. Mengapa setelah Pintu Gerbang Domba, lalu
Pintu Gerbang Ikan? Tentu ada maksud rohani yang indah! Pada zaman raja Salomo memang sudah dibangun seperti itu, dan kaitannya
apa dengan kita pada zaman ini? Dengan pimpinan Tuhan, kita dibawa untuk melihat pentingnya pembangunan Pintu Gerbang Domba
sekaligus Pintu Gerbang Ikan. Pintu Gerbang Ikan ini pada zaman dulu, zamannya Raja Salomo, sudah dibangun dan di pinggirnya
ada tembok yang tinggi sekali.
II Tawarikh 33 : 14-17
Kemudian ia mendirikan tembok luar pada kota Daud,
di sebelah Barat Gihon, di lembah, sampai dekat Pintu Gerbang Ikan, mengelilingi Ofel. Tembok itu dibuatnya sangat tinggi.
Ia menempatkan juga panglima-panglima perang di tiap kota kubu di Yehuda. Ia menjauhkan allah-allah asing dan berhala
dari rumah TUHAN, juga segala mezbah yang didirikannya di atas gunung rumah TUHAN dan di Yerusalem, dan membuangnya ke luar
kota. Ia menegakkan kembali mezbah TUHAN, mempersembahkan korban keselamatan dan korban syukur di atasnya, menyerukan kepada
Yehuda untuk beribadah kepada TUHAN, Allah Israel. Walaupun demikian, rakyat masih mempersembahkan korban di bukit-bukit
pengorbanan, tetapi hanya kepada TUHAN, Allah mereka.
Ayat di atas tidak lagi pada zaman Raja Salomo, melainkan Raja
Manasye, yang membangun tembok besar sampai pada Pintu Gerbang Ikan. Waktu itu masih kokoh kuat, tetapi kita bisa melihat
sudah ada tanda-tanda yang cukup menyedihkan. Karena sudah begitu banyak kali bangsa Yahudi menyakiti hati Tuhan, sampai memberi
tempat khusus bagi berhala di dalam rumah Allah! Tentunya sekarang rumah Tuhan yang ini yang dimaksudkan adalah hidup kita.
Jangan sampai di dalam kita ada berhala, yaitu ada hal-hal yang menjadi ‘orang ketiga’ di antara kita dengan Allah,
misalnya: tidak dengar-dengaran kepada firman Tuhan (1 Sam 15:23); tidak mau menyembah Tuhan melainkan mengidolakan
seseorang (pria/wanita) bahklan binatang (Rom 1:21-23); tamak/serakah akan harta (Ef 5:5 Kol 3:5), itulah berhala!
Allah tidak mau di antara kita dengan Allah ada jurang pemisah. Penyembahan bangsa Israel kepada Allah, hanya satu arah saja,
tidak boleh ada penyimpangan. Itu sebabnya, waktu Raja Manasye mulai membangun kembali, dia menghancurkan semua berhala, dan
semua yang tidak baik. Tetapi Alkitab mengatakan, bangsa Yahudi, bangsa Israel, masih tidak sepenuhnya menyembah Allah. Memang
kepada Allah, tetapi tidak pada tempat yang pasti. Pada zaman dulu, Raja Daud sampai Raja Salomo sudah membangun Pintu Gerbang
Ikan yang besar sekali, dan sejarah mengatakan bahwa Pintu Gerbang Ikan itu memang tempat masuknya ikan-ikan yang diperoleh
dari tasik Galilea atau dari lautan Sidon dan sebagainya. Jadi semua ikan yang diperoleh dari tasik Galilea, dlsbnya, masuknya
dari Pintu Gerbang Ikan ini terus ke pasar ikan. Kita lihat zaman dulu pintu-pintu gerbang sudah ditertibkan sesuai nama dan
fungsi pintu tsb. Tetapi pada zaman Nehemia, kita tahu bahwa Pintu Gerbang Ikan itu sudah terbakar, perlu dibangun kembali,
supaya ikan-ikan yang diperoleh, boleh melalui Pintu Gerbang Ikan kembali secara tertib.
Kalau Pintu Gerbang Domba
secara fisik adalah untuk masuk keluarnya gembala dan domba-domba, yang sekarang arti rohaninya adalah: kita masuk dalam sistem
‘Penggembalaan’ di mana Yesus sebagai Gembala Agung dan kita domba-domba gembalaanNya, maka sama pula dengan Pintu
Gerbang Ikan arti rohaninya adalah, Tuhan mau kita menjadi penangkap-penangkap ikan/ penjala ikan, penjala jiwa (manusia).
Karena Tuhan Yesus sendiri yang mengatakan: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Mat. 4:19)
Itu tidak bisa ditawar lagi. Kalau kita mau digembalakan, kita juga siap untuk menangkap (memenangkan) banyak jiwa
(ikan) untuk dibawa kepada Tuhan. Pendalaman Alkitab ini sepertinya kita digairahkan untuk bekerja, membangun kembali suatu
sistem Pemberitaan Injil yang tepat dan terarah, punya sasaran. Jangan hanya membangun Pintu Gerbang Domba tanpa (mau) membangun
Pintu Gerbang Ikan. Dalam firman nubuat ini (Nehemia) Tuhan sudah atur demikian rupa, ada pembangunan Pintu Gerbang Domba,
juga ada pembangunan Pintu Gerbang Ikan! Ikan dalam bahasa Ibrani berarti gerak cepat, bereproduksi dengan cepat. Ikan yang
bertelur, bisa sampai ratusan bahkan ribuan tapi kalau domba sekali beranak paling banyak dua ekor. Perhatikan gerak renang
ikan, bukankah ikan berenang dengan sangat cepat? Sebentar di sini, sebentar sudah di sana. Begitu pula pemberita Injil biasanya
kerjanya cepat, sebentar di kota ‘Ini’, sebentar lagi sudah di kota ‘Anu’. Lain dengan penggembalaan,
itu memang lebih pelan, kalem tapi mantap dan dan berbobot! Lebih banyak duduk/berbaring, memamah biak dengan tenang. Kalau
toh jalan juga pelan-pelan tapi mantap dibelakang sang Gembala! Ikan tidak saja cepat dan lincah gerakannya tapi juga cepat
reproduksinya. Tuhan mau supaya para hamba Tuhan dan gereja Tuhan di akhir zaman ini, tidak terpaku hanya pada penggembalaan,
tunggu jiwa-jiwa itu datang (sendiri?), tapi juga bisa gerak cepat untuk mencari/ memenangkan jiwa, di mana saja Tuhan tempatkan
kita, bawa jiwa-jiwa terhilang (bukan dari gereja satu dibawa ke gereja lain!) kepada Tuhan! Untuk itu perlu ada Pemberita
Injil yang sehat dengan tujuan akhir yang pasti dan terpola! Tuhan Yesus sendirilah Pemberita Injil yang sehat dan tepat dan
sempurna! Dia juga yang berbicara tentang penginjilan, jangan kita coba-coba untuk melawan firman Tuhan, karena firmanNya
tidak pernah berubah, dulu sekarang sampai selamanya. Itu sebabnya kita digairahkan, dikuatkan, untuk memperhatikan apakah
kita sekarang ini menjadi Kristen yang semakin lama semakin lamban, sudah terlalu enak, dan mau duduk saja? Penambahan jiwa
dalam gereja hanya karena jemaat melahirkan anak, diserahkan, kemudian menjadi anggota secara otomatis!? Kita seringkali puas
dengan angka statistik. Mari kita kembali melihat, bahwa salah satu pintu gerbang yang hancur, adalah Pintu Gerbang Ikan.
Pintu Pemberitaan Injil perlu dibangun kembali dalam kondisi yang kokoh, sehat dan jelas. Tuhan Yesus juga berbicara di dalam
perumpamaanNya menyangkut soal ikan.
Matius 13 : 47-50
"Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama
pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai,
lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. Demikianlah juga
pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke
dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”
Ini bukan sekedar perumpamaan, sebab firman
Tuhan itu dari sorga. Allah yang mempunyai rencana kekal, Dia sudah mengatur sedemikian rupa. Tidak satu katapun dari Yesus
yang boleh di anggap remeh, termasuk sistem Pemberitaan Injil Kerajaan Allah!!! setiap kali Dia berbicara mempunyai pengertian
sorgawi yang membuat manusia menjadi orang benar.
Pintu Gerbang Ikan dibangun kembali, buka pintu bagi ikan-ikan yang
ditangkap untuk dibawa masuk ke dalam kota Yerusalem. Tetapi kalau terdapat ikan-ikan yang tidak baik, maka itu akan dibuang,
tidak akan di bawa masuk ke Yerusalem melalui Pintu Gerbang Ikan. Maka dalam pemberitaan Injil Kerajaan Allah, Tuhan telah
serukan: “Kerajaan Allah telah dekat, bertobatlah kamu, terimalah Injil itu!” (Mar. 1:14,15 Mat. 4:17)
“Percayalah kepada Injil!” Itulah berita awal pelayanan Yesus. Yesus adalah guru kita, Juruselamat kita,
Tuhan kita, Mempelai Pria Sorga kita. Dimulai dengan Injil, dan kemudian kita akan sampai pada penggembalaan. FirmanNya sangat
ajaib dan sempurna! Tetapi mengapa dalam pembangunan tembok itu disebutkan Pintu Gerbang Domba terlebih dulu? Supaya terjadi
suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, maka Tuhan mengajar kita bahwa Berita Injil masih sangat relevan dan penting.
Matius
24 : 14
“Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah
itu barulah tiba kesudahannya."
Mungkin anda berkata: Karunia masing-masing orang kan berbeda. Tidak semua orang jadi
Pemberita Injil. Benar, ada yang membangun Pintu Gerbang Domba, ada juga yang membangun Pintu Gerbang Ikan, ada pula yang
membangun Pintu Gerbang Lembah dllnya, tapi jangan lupa semua dalam satu proyek pembangunan yang sama menuju persatuan dan
kesatuan yang erat kokoh. Setiap Pintu Gerbang harus dibangun: Pintun Gerbang Domba, Pintu Gerbang Ikan, Pintu Gerbang Lebak
(Lembah), Pintu Gerbang Lama (Kuno), Pintu Gerbang Sampah, Pintu Gerbang Mata Air dstnya. Kota Yerusalem tidak terdiri hanya
satu pintu saja, melainkan 12 pintu (bnd Why. 21:12-13, 21) namun merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam
pembangunan kembali tembok Yerusalem yang besar ini. Karena, walaupun 11 pintu sudah dibangun dan tembok-tembok antaranya
sudah tersusun dan menyatu, tapi, jika ada satu saja Pintu Gerbang tidak dibangun kembali, maka pintu ke 1 dan pintu ke 11
belum (bisa) tersambung. Dan kota Yerusalem tidak akan bisa berdiri dengan kokoh, sebab ada celahnya, ada lubangnya, tidak
lengkap dan sempurna! Bukankah orang yang dapat karunia ‘perkataan hikmat’, yang diberi karunia ‘perkataan
pengetahuan’ atau mendapat ‘karunia kesemb uhan’ dlsbnya, semuanya bekerja sama dan dimanifestasikan karunia-karunia
yang berbeda demi kepentingan bersama < pembangunan tubuh Kristus > (1 Kor 12:7, 4-13)! Dan supaya tidak ada
seorang pun yang (bisa) menyombongkan diri dan mesara karunianyalah yang lebih dan paling penting, kemudian (pasti) menghina
dan mengejek, bahkan melecehkan mereka yang membangun Pintu Gerbang lainnya. Karena itu jangan menganggap ‘penggembalaan’
itu yang paling penting lalu melecehkan ‘penginjilan’, atau sebaliknya. Hal itu diberikan oleh hikmat Roh Kudus
supaya tidak terjadi perpecahan dalam tubuh Kristus (1 Kor 12:14-27)!
Mari kita belajar bersama, jangan ada
lagi yang menghina ‘Pemberita Injil’, juga jangan ada yang melecehkan ‘Penggembalaan’, karena sama-sama
dibutuhkan, saling menopang. Bangunlah dan tutuplah lubangh-lubang (celah-celah) itu agar musuh tidak melihat ada pintu gerbang
yang masih rusak dan bisa masuk dan mengganggu ketentraman orang di dalamnya. Jadi setiap pintu yang disebutkan dalam Nehemia
pasal 3, tidak boleh satupun yang tidak dibangun, harus dibangun dengan penuh perhatian dan kesungguhan.
Mencari
Nelayan Tangguh
Waktu Yesus mulai pelayanan dan memberitakan Injil Allah, Dia segera memanggil orang-orang menjadi
murid-muridNya. Memberitakan Injil dan Pemuridan berjalan bersama! Ini penting sekali! Yesus sambil menyampaikan Injil, sambil
melihat, siapa yang bisa dipanggil, bisa dipakai, dan bisa dipercaya untuk mengestafetkan Injil Keselamatan ini. Kemudian
Dia memanggil Petrus dan Andreas.
A) Nelayan yang Kerja Keras dan Ulet.
Matius 4 : 18-20
Dan
ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan
Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari,
ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
Kira-kira
Tuhan Yesus itu mengerti atau tidak tentang perasaan orang? Petrus dan Andreas ini sedang sibuk bekerja dan mencari nafkah
untuk keluarga, pendapatannya hanya diperoleh dari mencari ikan, kini di panggil untuk meninggalkan profesi mereka untuk memulai
suatu profesi baru yang tidak menjanjikan penghasilan (materi)? Namun mereka segera menerima panggilan Yesus. Ini fakta sejarah!
Bagaimana pengalaman anda yang sudah menjadi hamba Tuhan? Tuhan mengatakan: “Ikutlah Aku, Aku mau menjadikan kamu penjala
manusia seperti mendapatkan ikan!”
Ikan secara fisik (waktu itu) berbicara tentang uang, karena itu nafkah dari
Petrus dan Andreas. Tapi di sisi lain, manusia adalah nafkah untuk Tuhan, agar peroleh hidup yang kekal. Mencari nafkah di
dunia hanya untuk sesuap nasi yang bertahan sebentar; tapi ‘jiwa’ manusia memiliki nilai yang sangat tinggi. Kalau
zaman dulu, bangsa Israel menangkap ikan, ikannya dibawa masuk melalui Pintu Gerbang Ikan dan mereka mendapat uang banyak,
sekarang Tuhan mau kita membawa banyak jiwa masuk ke dalam ‘Pintu Gerbang Ikan’ sorgawi, masuk dalam kota Yerusalem
Baru. Mana yang lebih tinggi nilainya? Yang cuma sementara atau yang kekal? Itu tergantung pada penilaian kita.
Apakah
kita yang sudah lama dipanggil menjadi hamba Tuhan tergairah lagi sebagai nelayan sorgawi untuk lebih giat dan serius mencari
jiwa (baru)? Anda yang adalah jemaat, di samping sibuk mencari nafkah atau masih kuliah, maukah anda ‘dipanggilNya’
dan meluangkan waktu untuk mencari jiwa? Tuhan menilai Petrus dan Andreas mempunyai karakter untuk menjala manusia. Memang
tidak mudah menjala ikan (mencai nafkah) bukan. Bisa semalaman tidak mendapat apa-apa, tapi juga bisa dengan cepat mendapat
banyak ikan (hasil). Mungkin saudara punya pengalaman yang sama, suatu waktu mendapat uang dengan mudah sekali, cepat sekali
mendapatkan order baru, lain kali sulitnya bukan main. Demikian juga mencari jiwa, tidak semudah yang kita pikirkan, satu
waktu cepat sekali mendapat jiwa, tapi satu waktu sulitnya bukan main. Mengapa Tuhan memilih Petrus dan Andreas yang sedang
membuang pukat, yang sedang menebar jala? Tuhan menilai bahwa orang semacam itu bisa dipakai. Mengapa? Secara fisik, jika
seseorang dalam usaha pekerjaannya sangat bertanggung jawab (terhadap keluarganya), sehingga bekerja (menjala ikan) sampai
semalam-malaman (Luk. 5:5). Ini membuktikan dia memang bertanggung jawab, bukan kerja asal-asalan atau karena tamak
akan uang, mau njadi kaya. Tuhan mencari orang yang mempunyai karakter kerja keras, tanggung jawab dan ulet! Itulah karakter
yang Tuhan temukan dalam hidup Petrus dan Andreas, karena mereka tekun dan tangguing jawab sebagai nelayan demi kesejahteraan
keluarga, famili, anak-anak dan lain sebagainya. Orang yang menjala ikan (mencari nafkah) apabila jala ditebar di suatu daerah
(sungai/laut) dan tidak mendapat ikan, maka nelayan harus pindah ke tempat yang lebih jauh/dalam dan menebar jala lagi, demikian
seterusnya sampai memperoleh ikan, itu bukan tamak. Maka Tuhan menilai orang semacam itu bisa dipakai juga untuk hal yang
rohani. Maka kalau kita bekerja untuk pekerjaan Tuhan (yang rohani), disamping kita akan bekerja dengan tekun dan sungguh-sungguh
demi untuk memenangkan jiwa, tapi kita juga harus waspada, jangan jiwa-jiwa yang Tuhan berikan (bukan semata-mata hasil jerih
lelah kita!), lalu dijadikan obyek mengeruk ‘kekayaan materi’ dari mereka untuk perut sendiri. Sebab kalau setelah
dengan cepat mendapat ikan (uang), lalu tidak puas dan terus menjala ikan sepanjang hari dan malam sampai kapalnya tenggelam,
itu namanya tamak!
Kalau kita bertanggung jawab dalam keluarga (dalam pekerjaan), alangkah baiknya kita seimbangkan
dalam ‘panggilan’ kita untuk mencari jiwa. Ini tidak berarti saudara harus meninggalkan pekerjaan jasmani saudara
(kecuali anda dipanggil khusus), melainkan berikan waktu anda untuk jiwa-jiwa yang perlu di jala. Seringkali untuk ikan duniawi
(nafkah) kita sungguh-sungguh 100%, tetapi untuk Tuhan ‘waktu’ yang tersisalah (sudah lelah, atau kalau masih
ada waktu) yang kita berikan, asal ‘bekerja’ saja tanpa gairah mendapatkan ‘ikan’. Sedangkan di mata
Tuhan, nilai ‘jiwa’ seorang (saja) yang sifatnya kekal adalah seharga darahNya! Jauh lebih penting dan berharga
dari apapun yang kita bisa peroleh dalam pekerjaan di dunia fana ini.
Itu sebabnya mengapa kitab Nehemia menulis bagaimana
Nehemia bersungguh-sungguh untuk membangun kembali Pintu Gerbang Ikan, kendati begitu besar rintangan yang dihadapinya. Karena
didalamnya mengandung suatu nubuatan yang besar untuk zaman gereja! Maka sekarang kita harus bisa melihat kedalaman rencana
Allah yang kekal dalam kitab Nehemia ini, supaya hati jiwa kita ikut tergairah. Untuk menjala ikan (mencari jiwa) kita lihat
dari pengalaman Petrus & Andreas, mereka bisa dilakukan pada pagi, siang, atau sore bahkan malam hari. Jadi mencari jiwa
itu bisa pada waktu dan kondisi yang enak (pagi cerah) atau dalam kondisi tidak nyaman (malam). Sebagai seorang calon pemimpin,
seorang calon pelayan yang baik dibutuhkan kesungguhan dan tanggung jawab untuk merindukan memperoleh jiwa-jiwa. Tapi menjala
jiwa pun seyogianya menurut perintahNya, atas firman Kebenaran (Luk. 5:4-7). Artinya kita mesti belajar dari Firman Allah.
Tuhan sendiri mengatakan: “Aku akan menjadikan engkau penjala manusia!” Jadi bukan metode manusia, cara dagang
dunia, kita memperoleh jiwa. Bukan! Perolehan semacam itu tidak akan diperhitungkan oleh Tuhan! Karena mereka memperoleh jiwa
untuk gerejanya, untuk organisasinya, untuk kelompoknya, untuk keuntungan perut pribadinya! Bukan untuk Tuhan yang mempunyai
hidup kita ini!!!
Jala macam apa yang dipergunakan?
Kisah Rasul 2 : 22 -24, 36-38, 41
“Hai
orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, ...... Dia yang diserahkan
Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan
Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.”
Ayat
36-38
“Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan
itu, menjadi Tuhan dan Kristus." Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada
Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan
menerima karunia Roh Kudus.”
Ayat 41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis
dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
Kisah Rasul 4 : 1
Ketika Petrus dan
Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang
Saduki.Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan
dari antara orang mati. Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya, karena hari telah malam.
Tetapi di antara orang yang mendengar ajaran itu banyak yang menjadi percaya, sehingga jumlah mereka menjadi kira-kira
lima ribu orang laki-laki. Ayat 11 dan 12
Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan--yaitu kamu
sendiri--namun ia telah menjadi batu penjuru.Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di
bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.
Inilah
‘jala’ yang diajarkan/ditebarkan Petrus dan para rasul lainnya. Jala yang tidak kelihatan (telah) ditebarkan di
seluruh Yerusalem dengan pokok berita yang sama, yaitu Salib Kristus, Yesus yang mati dan bangkit yang akan menjadi Hakim
atas seluruh manusia yang hidup dan yang mati saat tiba akhir zaman! Injil itu saja yang diberitakan.
Injil Keselamatan
mutlak dibutuhkan oleh manusia zaman ini. Semiskin-miskinnya manusia, sebesar-besarnya problem manusia, masih lebih besar
problem dosa yang tidak bisa diselesaikan oleh apapun dan siapapun. Sebesar-besarnya problem mengenai kebutuhan sandang pangan
dan lain sebagainya, sesama manusia lain masih bisa menolong, orang kaya bisa menolong orang miskin, sidang jemaat yang punya
berkat banyak bisa menolong yang kekurangan, tapi problem dosa tidak bisa. Karena problem dosa tidak bisa ditolong dan diselesaikan
oleh orang lain kecuali Yesus yang tidak pernah berdosa! Dia telah mati tersalib tapi Dia bangkit kembali, maka hanya oleh
Darah Yesus, yang sanggup membebaskan manusia dari dosa-dosanya! Itu yang diberitakan dan disampaikan oleh Petrus dan lain-lainnya
dalam urapan dan kepenuhan Roh Kudus. Ini yang perlu kita kumandangkan kembali.
Kita membangun kembali Pintu Gerbang
Ikan, supaya jiwa-jiwa yang datang itu adalah jiwa-jiwa baru yang sungguh-sungguh bertobat karena Injil Allah dan percaya
bahwa Yesus adalah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat manusia. Karena akhir zaman malaikat Tuhan akan turun, untuk memisahkan
orang jahat dari orang benar. Jangan sampai kita hanya bisa membawa orang masuk ke dalam keanggotaan organisasi gereja kita
(itu sudah banyak dan sedang dilakukan orang). Jiwa manusia perlu DISELAMATKAN, bukan diumpan dengan hal-hal materi! Seseorang
hanya bisa bertobat kalau diinjili tentang Yesus yang mati dan bangkit sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat! Yesus tidak
dapat disamakan dengan agama manapun juga, Dia tidak bisa disamakan dengan dewa-dewi (ciptaan manusia) manapun juga, sebab
Yesus adalah Allah sendiri. Allah pribadi yang berinkarnasi menjadi manusia, yang mati (sebagai manusia) dan bangkit (dengan
tubuh kemuliaan), Dia naik ke Sorga, dan akan datang kembali menjadi Hakim seluruh bumi.
Seharusnya Berita Injil ini
yang harus diberitakan selalu, tapi, Berita ini justru mulai ditinggalkan, kurang diberitakan lagi! Banyak gereja telah tidak
memberitakan hal Salib Kristus dan InjilNya yang adalah kekuatan Allah untuk menyelamatkan manusia yang percaya, melainkan
injil yang lain yang tidak ada kaitan dengan ‘keselamatan’ jiwa, yang hanya enak buat daging.
Misalkan
problem nikah bisa segera selesai kalau dosa itu selesai lewat kekuatan Injil Allah. Kalau isteri bertobat, Tuhan akan berbicara
kepada suaminya. Isteri yang bertobat sungguh-sungguh, menerima keubahan baru dalam hidupnya, maka tanpa bicara, suami yang
tidak dengar-dengaran kepada Firman Allah, akan diubahkan dan akan menerima firman Kebenaran (1 Pet 3:1-6). Seperti
hubungan suami dengan istri menjadi satu kembali, demikian juga hubungan anak dan orang tua akan harmonis lagi. Saya yakin
tidak ada hal yang sulit, tapi kita yang seringkali mempersulit atau kita terlalu melihat pada perkara-perkara yang jasmani.
Tuhan katakan, Aku akan menjadikan engkau penjala ikan, bukan mencari kekayaan. Jangan menjadi hamba Tuhan yang mencari kekayaan,
tetapi mencari jiwa. Cari jiwa, dan jiwa itu bisa Tuhan tambahkan kalau kita seperti Petrus dan Andreas, yang mau membangun
kembali sikap ketekunan, sungguh-sungguh, tanggung jawab.
B) Nelayan yang Selalu Siap Siaga.
Matius
4 : 21-22
Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus
dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan
mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.
Yesus berjalan lagi dan memanggil lagi dua bersaudara,
juga nelayan dan nama mereka: Yakobus dan Yohanes. Karakter apa lagi yang Tuhan cari dalam diri seorang nelayan? Membereskan
jala di dalam perahu! Dalam terjemahan lama disebutkan sedang membubuli jala, sedang memperbaiki jala, sedang menyulam jala.
Kembali sedang bekerja dan dipanggil. Tidak sedang nganggur, bermalas-malasan, tapi dalam keadaan siap sedia. Mengapa mesti
membereskan jala? Jalanya robek, alatnya robek, harus segera dibenahi, tidak bisa ditunda, jika tidak, perolehannya akan berkurang
dan banyak ikan akan terlepas lagi. Seorang nelayan yang mencari nafkah dengan alat jala, tahu bahwa jalanya harus selalu
siap dipakai! Itu yang dikerjakan oleh Yohanes dan Yakobus. Pada umumnya para pengusaha tahu selalu membenahi managemen usahanya,
supaya tidak ada yang membuatnya rugi. Tetapi seringkali untuk jala-jala rohani kita tidak pernah mau membenahi pada waktu
yang disediakan. Malah sering menunda waktu pembenahannya dengan 1001 alasan yang sebenarnya akan merugikan! Kalau pekerjaan
duniawi, kita mempersiapkan segala sesuatunya dengan cermat dan tepat waktu, kita menghonor seorang akuntan yang handal, kasir
yang jujur, kepala bagian yang berpengalaman, pokoknya jangan ada hal-hal sekecil apapun yang bisa merugikan perusahaannya,
dimana hanya untuk mendapat uang yang fana.
Bayangkan kalau jalanya koyak dan tidak diperbaiki, kemudian terus (paksa)
melaut cari ikan, walau musim ikan banyak dan terjala, namun setelah ditarik ke atas, maka ikan yang dalam jala hanya sedikit
kalau tidak mau dikatakan ‘nihil’ hasilnya, mengapa? Anda tahu jawabannya! Bukankah sering anda minta-minta Tuhan
tolong dan berdoa: “Supaya usaha kami jangan rugi lagi, dlsbnya.” Tapi dalam hal mencari jiwa justru sebaliknya;
mendapat jiwa atau tidak, ya begitu saja! Tidak siap sedia, tidak persiapan diri, tidak mau dikoreksi, tidak mau instrospeksi,
tidak mau kerjasama. Di sini Yohanes dan Yakobus bersaudara bekerja sama untuk memperbaiki jala itu. Anda perlu tahu, bahwa
jarak setiap ‘mata’ jala itu sama ukurannya, kalau sebagian terkoyak maka membuat lubang besar (di situ ikan terlepas
lagi); jadi dalam memperbaikinya harus dengan ketelitian dan kesabaran sambil duduk, kadang-kadang seharian. Demikan juga
di dalam mengintrospeksi dan memperbaiki diri, jangan asal-asalan, tapi yang teliti dan mau sungguh-sungguh diperbaiki hidup/karakter
ini. Jangan sampai masih ada lubang (koyak) yang lolos dari perhatian yang tidak diperbaiki! Jangan kita mau mengkoreksi orang
lain, tetapi kita tidak mau dikoreksi. Kita harus seperti Yohanes dan Yakobus mau sama-sama memperbaiki jala mereka, untuk
mempersiapkan diri dengan baik. Di dalam bahasa Yunani, arti ‘membereskan’ itu adalah ‘menyempurnakan untuk
menutupi segala kekurangan dan mempersiapkan dalam kondisi sekarang; ‘sekarang’ itu mempersiapkan secara lengkap.
Kita harus lebih mempersiapkan diri secara utuh, jangan sampai ada koyakan-koyakan yang belum dijalin kembali. Setiap koyakan
harus dijalin, diikat kembali seperrti ukuran semula! Sehingga kalau ikan terjala masuk tidak akan keluar lagi.
Kita
harus ada SATU INJIL yang sama yaitu Injil Kristus, Injil Salib Kristus, bukan injil kemakmuran, injil social dlsbnya. Tuhan
memakai kita di dalam memberitakan Injil Salib Kristus, itu sebabnya Tuhan memanggil Yohanes dan Yakobus, sebab Tuhan melihat
ketelitian, kesabaran, keuletan mereka dalam memperbaiki alat-alat terpenting untuk mendapatkan nafkah. Demikian juga hidup
kita ini, terutama para Penatua, pimpinan kelompok sel, full-timer, imam-imam harus mau terus diperbaiki karakter hidup ini,
jangan sampai ada celah dalam nikah dan keluarga kita, yang bisa membuat sidang jemaat atau jiwa-jiwa baru yang datang itu
tersandung dan hilang lagi. Kebaktian kelompok sel bukan cuma kumpul-kumpul karena masih ada waktu senggang; dan lebih celaka
lagi jika kumpul-kumpul untuk menggosipi orang lain. Tapi mengadakan Kelompok Sel harus dengan satu tujuan/misi yang pasti
? Memenangkan jiwa (baru) untuk diselamatkan oleh Injil Allah! Karena itu bangunkan kembali Pintu Gerbang Ikan dengan baik,
supaya banyak jiwa datang melalui kehidupan-kehidupan kita yang suka introspeksi, mau dikoreksi dan suka kerja sama; tidak
saingan, tetapi yang mau memperbaiki dan diperbaiki hidup pribadi maupun nikahnya.
C) Nelayan yang Suka Kebersihan/Kesucian.
Lukas 5 : 1-2
Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni
Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang
membasuh jalanya.
Para nelayan sedang membasuh dan mencuci jalanya, perahunyalah yang dipakai Tuhan sekaligus pemiliknya
dipilih untuk meneruskan misi sorgawi ini. Di dalam bahasa Yunani, membasuh itu artinya langsung masuk ke dalam air, ini merupakan
suatu sikap penyucian., membersihkan hidup sendiri. Sebab setelah menjala ikan, jala itu pasti dilengketi banyak rumput laut,
bangkai ranting kayu, kotoran laut dlsbnya yang membuat jala tidak mampu lagi menjerat ikan (yang masuk) dengan optimal, sebab
daun-daun itu membuat jala jadi licinm berlendir, dan membuat jaring mudah rusak. Karena itu perlu segera dibersihkan, jangan
menunda-nunda. Penyucian itu perlu. Tuhan memakai dan masuk dalam salah satu perahu yang pemiliknya sedang membersih/menyucikan
jala mereka. Tuhan mau pakai pribadi yang suka kebersihan, suka kesucian, suka alat-alatnya bersih siap pakai untuk memperoleh
hasil yang maksimum.
Maka untuk pekerjaan Tuhan, mari kita sungguh-sungguh melakukannya dengan baik dan bersih. Tuhan
mau memakai setiap kehidupan, karena itu kita harus menjadi orang yang suka kebersihan dan jangan menunda-nunda untuk hal
ini. Mengapa kita tidak bisa dipakai Tuhan? Karena kita tidak mau disucikan, kita seringkali menunda-nunda waktu. Kalau ada
perintah untuk membersihkan sesuatu atau sekeliling kita, baru kita mau membersihkannya, namun kalau tidak ada perintah, kita
tidak memiliki kesadaran dan inisiatif untuk membersihkannya, meskipun kita melihat tempat tersebut kotor dan tahu itu pekerjaan
demi kebaikan kita bersama. Tuhan melihat kerajinan pemilik perahu itu untuk membersihkan jalanya. Untuk membersihkan itu
harus langsung masuk ke dalam air penyucian. Itu sebabnya pada Injil Lukas 5, waktu Petrus mendapat ikan begitu banyak, dia
berlutut, dan berkata: ”Tuhan, tinggalkan aku, aku orang yang berdosa”. Apa artinya? Dia perlu penyucian. Semakin
seseorang mempunyai hasil yang baik, seharusnya semakin rendah hati di hadapan Tuhan seperti Petrus. Karena Tuhanlah yang
memberikan berkat, bukan usaha Petrus, bukan keahliannya. Karena itu sebagai pengusaha semakin diberkati, harus selalu ingat
bahwa berkat itu dari Tuhan (Ams 10:22). Jika tidak mau disucikan, maka pribadinya akan ada masalah, nikahnya akan
banyak masalah, usahanya banyak masalah. Semakin berkat melimpah, semakin kita harus seperti Petrus, berlutut merendahkan
diri di hadapan Tuhan. Walau manusia tetap ada kelemahan dan kekurangan, tetapi puji Tuhan, Tuhan mempunyai kuasa yaitu kuasa
salibNya, kuasa InjilNya, kuasa KorbanNya untuk menolong Petrus, Yohanes, Yakobus, Andreas dengan mengatakan: “Jangan
takut, mulai hari ini, Aku akan menjadikan engkau penjala manusia.” Mengapa demikian? Karena jiwa mereka adalah jiwa
yang mau disucikan. Bagaimana dengan kita? Apakah kita mau disucikan? Biarlah kita membangun kembali Pintu Gerbang Ikan dengan
sungguh-sungguh, supaya bisa membawa jiwa-jiwa datang kepada Tuhan.
Amin!
|