jous.jpg

syalom
Home
ILMU KOMPUTER
KESEHATAN
Komik Online
Kitab Suci Net
Alkitab Elektronik
B
Lowongan Kerja
Pendalaman ALkitab
Kaum Muda
Kabar Baik
PolaTabernakel
Cerita
Sejarah Gereja
Kasih
TABERNAKEL
TABERNAKEL
Isi Hati Tuhan
Email
Download
Hak Sulung
Sejarah Alkitab
Artikel
Halaman Istimewa
Situs Kristen
Lirik Lagu
Komik Online
Kumpulan Kotbah

(V) Surat Filemon

Papan dan Kayu Lintang

Persatuan Dan Kesatuan Sebagai Saudara Terkasih

(Filemon 1 : 18 – 22)

 

Oleh : Pdt. Soejadmono

 

Shallom ! Tuhan tidak pernah meninggalkan ciptaanNya. Ia selalu berupaya dari zaman ke zaman hanya untuk satu tujuan supaya manusia bisa menyatu kembali dengan Allah. Dalam mempelajari Surat Filemon, kita harus semakin ingin mempraktikkan kesatuan dan persatuan itu. Di satu sisi, pola Tabernakel ini ( Filemon di dalam tatanan pola Tabernakel terkait dengan papan-papan dan kayu-kayu lintang ) memudahkan kita untuk mengerti, mencerna kebenaran firman Allah, di sisi yang lain kita bisa lebih teguh melihat bahwa ini betul-betul firman Allah walaupun ditulis oleh rasul Paulus kepada seorang yang bernama Filemon yang berkisah tentang seorang budak yang diminta supaya diterima kembali.

 

Filemon 1:8-11,15-17

“Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan, tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu. Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus, mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus,dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku.

Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan.

Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri. ”

 

Terbentuknya kesatuan dan persatuan dalam tubuh Kristus ini tidak mudah tapi sebagaimana relitanya, tidak mudah untuk menerima seorang yang tadinya tidak berguna tapi sekarang harus dianggap berguna sementara Onesimus sudah cukup  lama tidak bersama dengan Filemon. Harus dipikirkan berulang-ulang kali waktu rasul Paulus meminta supaya Filemon menerima Onesimus ini tidak lagi sebagai hamba atau budak, tapi lebih tinggi daripada budak yaitu sebagai saudara dan ditambah lagi yang kekasih. Suatu keubahan yang tidak mudah dari tingkat budak yang melakukan kesalahan sampai diangkat menjadi saudara yang kekasih. Kata “saudara” itu ada kaitannya dengan sedaging sedarah. Secara pikiran dan akal budi ini sangat tidak mungkin tetapi ini permintaan rasul Paulus dengan kasih dan dengan  hormat. Semakin tua semakin hormat bahkan kepada bawahannya. Sebagai orang tua kita merasa mempunyai suatu kedudukan dan kewibawaan sehingga kita gampang-gampang memerintah, dikatakan bahwa “aku dapat memerintah tapi aku tidak mau.”

 

Semakin tua semakin rohani, ini diwujudkan dalam segala hal bahkan sampai tutur katanya pun memohon dan meminta. Sekalipun kita membesarkan anak kita, tapi dalam memerintahkan sesuatu, kita belajar untuk terjadi suatu kesatuan sehingga pakailah kata “ minta tolong “, demikian juga kepada pegawai kita, walaupun di bawah kita. Dalam kesatuan dan persatuan dituntut satu kesamaan. Papan-papan itu setinggi 10 hasta tidak boleh ada yang lebih, tidak boleh ada yang kurang, semua sama, tingginya,  lebarnya dan tebalnya sama. Semua itu terjadi begitu indah sehingga tidak ada suatu penonjolan sikap perbuatan yang sok merasa lebih berwibawa. Di dalam  anggota tubuh harus terjadi suatu kesamaan sebab di situ akan  terjadi keakraban. Bagi rasul Paulus tidak gampang dan ia tidak pernah tahu bahwa surat yang ditulis ini akhirnya akan menjadi firman Allah untuk kita baca, sebab dia  menulisnya dalam bentuk suatu permohonan. Apakah betul-betul di kemudian hari Filemon bersama istri, anak, dan jemaatnya di rumahnya itu mau menerimanya? Tidak diketahui, bisa saja Filemon menggunakan kebebasan, hak untuk menolak karena Onesimus ini mempunyai latar belakang yang “black list”  Jadikan surat Filemon ini, firman yang menjadi praktek hidup kita.

 

Kita dulu adalah budak dosa, setiap orang sudah berbuat dosa dan siapa yang berbuat dosa, dia adalah hamba dosa. Tidak ada seorangpun yang dengan sombong mengatakan, “Aku tidak pernah berbuat dosa.” Dalam  1 Yohanes 1 dikatakan bahwa, siapa yang mengatakan dia tidak pernah dosa, dia pendusta dan mengatakan bahwa Allah itu pendusta.

 

1 Yohanes 1: 7

“Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, AnakNya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.”

 

Persekutuan papan-papan itu terjalin didasarkan (disatukan) dengan darah Yesus ( lima kayu lintang ).

 

1 Yohanes 1 : 8

“Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.”

 

Itu akan menimbulkan suatu sikap : “aku tidak berdosa tetapi kamu yang berdosa.” Maka tutur kata kita akan sangat menekan orang yang berdosa.

 

1 Yohanes 1 : 9 – 10

“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada di dalam kita.”

 

Kalau kita mau firman Allah ada dalam hati kita, maka kita harus rendah hati, tidak melecehkan orang yang bersalah. Kalau Filemon berposisi sebagai seorang pengerja, yang adalah seorang tuan ,tetapi jika dia tidak mengalami suatu penebusan maka ia tidak dapat menerima Onesimus. Oleh karena itu kita harus tahu siapa kita dulu, kita adalah hamba dosa dan hilang kemuliaan Allah. Karena itu kita perlu keubahan status dan hanya firman Allah yang bisa memerdekakan kita, dari hamba menjadi orang yang merdeka, menjadi anak-anak Allah.

 

Yohanes 8:34-35

“Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.

Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah”

 

Istilah “saudara yang kekasih” menunjuk kedudukan anak, kita sekalian anak-anak Allah, jadi kita ini bersaudara.

 

Yohanes 8 : 36

“Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu,kamupun benar-benar merdeka.”

 

Hanya Yesus, Anak Allah ,yang dapat memerdekakan kita dan menjadikan kita anak-anak Allah. ( baca juga Roma 6 : 17 &  Yohanes 1 : 12 )

 

Dalam pemandangan rasul Paulus, Onesimus sudah merdeka dan ia ingin supaya kemerdekaan dalam Tuhan yang telah diperoleh Onesimus juga diterima oleh Filemon, sehingga dia secara total juga menjadi orang yang  merdeka. Kalau kita tidak kembali dalam kebenaran ini sangat sulit. Secara manusiawi, Filemon harus mempertimbangkan masak-masak, ia harus berunding dengan istrinya, mungkin dengan jemaatnya, karena juga ikut mengalami suatu kondisi yang dirugikan. Tetapi rasul Paulus memiliki suatu keberanian untuk menyatakan bahwa Onesimus bisa diterima kembali. Dan kalau kita bisa mengerti hal ini, maka kita akan lebih mudah untuk menerima mereka yang dulunya tidak baik tetapi sekarang sudah bertobat, sebagai saudara di dalam Tuhan. Dalam pendalaman Alkitab mendatang akan kita bahas ,tentunya Onesimus ini harus mendapat dukungan saksi yang kuat.

 

Untuk saat ini lebih dulu kita lihat posisi Onesimus ini. Secara fisik adalah hamba / budak dari Filemon, tetapi ia sudah berbuat dosa sehingga secara rohani sekaligus ia adalah hamba dosa. Posisi Onesimus ini bagaikan sampah masyarakat, sangat tidak berakhlak, sangat tidak bermutu untuk bisa diangkat sebagai saudara yang kekasih. Tetapi di dalam kebenaran firman Allah ini, kita melihat kalau Anak itu memerdekakan seseorang, maka orang itu sungguh-sungguh merdeka. Kesatuan dan persatuan ( papan-papan ) itu bisa terjadi kalau kita masing-masing mengalami kuasa penebusan dari korban Kristus ( kayu lintang ). Tuhan yang mengatakan kepada kita bahwa Dia telah mengangkat kita menjadi hamba kebenaran setelah kita bertobat, yang tadinya kita adalah hamba dosa. Roma 6 : 18 , 22 mengatakan sekarang menjadi hamba kebenaran untuk mengabdi kepada Allah juga kepada sesama.

 

Ada suatu peningkatan, Tuhan Yesus sendiri merubah status murid-muridNya ( waktu itu Yudas Iskariot sudah tidak bersama-sama mereka lagi ), dari hamba menjadi sahabat sampai menjadi saudara, ini hanya oleh kasih.

 

Yohanes 15:9-11

“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasihKu itu.

Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya.

Semuanya ini kukatakan kepadamu, supaya sukacitaKu ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.”

 

Seringkali nikah / rumah tangga tidak ada kasih, hilang suka cita, walau harta banyak namun ada yang tidak banyak harta tetapi penuh dengan sukacita, bukan berarti  kita harus menjadi miskin, melainkan amat indah bila Tuhan memberkati kita, harta dan juga sukacita karena ada kasih .

 

1.     Dari hamba menjadi sahabat.

 

Yohanes 15:12-14

“Inilah perintahKu, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sdahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”

 

Di sini Tuhan Yesus mulai bicara tentang saling mengasihi antara murid-murid, penuh dengan sukacita ( papan dengan papan ) dan bicara tentang kasihNya dalam korbanNya ( kayu lintang ). Rasul Paulus sudah mempraktikkan untuk mengasihi Onesimus, juga Timotius mengasihi Onesimus. Lalu surat itu datang dibawa oleh Onesimus, yang meminta Filemon mengasihi Onesimus seperti rasul Paulus juga Timotius mengasihi Onesimus.

 

Yohanes 15 : 15

“Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku  telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKU.”

 

Pada murid-murid tentu ini ada dosa yang perlu dibereskan,  mereka dulu adalah hamba dosa tetapi sudah diselamatkan oleh korban Yesus sebagai seorang sahabat. Sebab “tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.” Itu sebabnya, Yesus mengorbankan diriNya supaya status hamba ini bisa diangkat menjadi sahabat. Tetapi luar biasa setelah Yesus mati, pengangkatan itu bukan lagi  dari hamba menjadi sahabat, tetapi langsung menjadi saudara.

 

2.     Dari sahabat menjadi saudara.

 

Yoh 20: 17

“Kata Yesus kepadanya: Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKU dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.”

 

Korban Kristus ini mengubah status kita dari kehidupan yang tak berharga, budak dosa, tidak berguna menjadi saudara-saudaraNya, dan Yesus tidak pernah merasa malu untuk mengakui kita. Kalau sebagai saudara itu berarti setara, memang tidak mudah tetapi ini kebenaran. Saudara berarti se(satu)darah, jadi bila kita harus menerima saudara yang lain, maka kita harus bisa mengerti ada tanda satu darah yaitu darah Kristus dalam kehidupan kita dan mereka sehingga bisa terjadi komunikasi yang baik.

 

Roma 8:28-30

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya.”

 

Tuhan telah memuliakan kita, maka kita harus bisa menerima saudara kita yang dulunya bersalah tetapi sekarang sudah bertobat dan juga kita angkat dia menjadi saudara yang kekasih, tidak ada lagi perbedaan. Ini firman Allah, yang harus kita praktikkan.

 

Allah ikut campur tangan dalam segala sesuatu, termasuk Onesimus yang tadinya sangat tidak berguna tetapi rasul Paulus berani mengatakan sekarang sangat berguna bagi kamu juga bagi aku. Ini suatu kepastian sehingga jangan sampai terjadi diantara kita, saudara dalam Tuhan, masih ada perbedaan status. Beda status dalam arti kata ada suatu penghinaan yang tidak pantas atau suatu penghormatan yang berlebihan yang mengacu pada pengkultusan seorang individu. Yesus sendiri yang mengatakan : “beri tahu saudara-saudaraKu.” Mulai saat itu status muridNya diangkat begitu tinggi, Petrus yang 3 hari yang lalu menyangkal Yesus, sekarang diangkat menjadi saudaraNya. Apakah  Yesus tidak takut kalau kemudian rasul Petrus menyangkal lagi? Apakah Yesus tidak kuatir bila kemudian hari rasul Yohanes atau rasul Thomas dan lainnya kembali tidak percaya? Kuasa korbanNya, kuasa salibNya, bagaikan kayu-kayu lintang yang begitu kuat menyatukan papan-papan, asal tiap-tiap papan  mau dilalui  oleh lima kayu lintang ini. Jangan sampai kehilangan salah satu tanda korban Kristus yang melingkupi seluruh kehidupan kita. Dari kepala sampai kaki semuanya ada tanda luka yang nyata dengan lima luka Kristus, begitu kuat dan memberikan suatu pengharapan yang sangat nyata dan rasul Paulus dengan yakin menulis ini.  Allah selalu ikut campur tangan untuk mendatangkan kebaikan bagi Onesimus , bagi Filemon, istri, keluarga dan sidang jemaat di rumahnya. Kalau kita bisa mempunyai pandangan yang terbuka begini maka kita akan ditolong Tuhan untuk dapat memenangkan banyak jiwa karena kita tidak lagi membeda-bedakan. Jangan menarik jiwa-jiwa tertentu karena status mereka yang baik sedang yang lain tidak. Dalam tubuh Kristus akan terjadi persatuan dan kesatuan yang begitu indah dan luar biasa.

 

Matius 28:9-10

“Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: “Salam bagimu”. Mereka mendekatiNya dan memeluk kakiNya serta menyembahNya.

Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudaraKu, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”

 

Sebenarnya pernyataan Tuhan ini merupakan kegenapan nubuat dari pemazmur yang ribuan tahun lalu sudah menulis tentang peristiwa yang mengagumkan ini, yang kemudian sampai pada surat Filemon, Tuhan lewat rasul Paulus ingin gereja bangsa kafir mengulangi peristiwa penyatuan saudara bersaudara.

 

Mazmur 22:23

“Aku akan memasyurkan namaMu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah.”

 

Pemazmur sudah bernubuat, Yesus sudah menyatakan, juga surat Filemon dalam zaman gereja permulaan dan sekarang, Yesus juga ingin kita berbicara hal yang sama denganNya. Kalau hatimu dan hatiku  ada darah Yesus, kita tidak akan  sulit untuk menerima orang-orang berdosa yang bertobat untuk dijadikan saudara.

 

Sebagai “Saudara”, tidak ada saling curiga, tidak perlu ada  penggolong-golongan karena semua sama, sebab ‘Saudara di dalam Tuhan’ juga terdiri dari berbagai bangsa, suku, kaum, dan bahasa. Itu sebabnya kita melihat lebih jauh rasul Paulus menulis dalam Ibrani.

 

Ibrani 2: 9-11

“Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.

Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah – yang bagiNya dan olehNya segala sesuatu dijadikan, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan.

Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara.

 

Kata “tidak malu” itu bukan perkara yang mudah. Misalnya kalau kita punya “saudara angkat”, bisakah kita anggap dia sebagai saudara kandung? Bisakah anak yang bukan dilahirkan oleh rahim sendiri kita anggap sebagai anak kandung ? Yesus tidak malu mengakui kita sebagai saudara-saudaraNya, karena kuasa korbanNya. KorbanNya telah mengubah status kita, tetapi kenapa kita tidak mau mengubah paradigma kita tentang saudara kita yang sudah bertobat ? Surat Filemon adalah surat persekutuan dan persatuan, papan jenang dan kayu-kayu lintang di dalam Tabernakel. Hendaknya kita tidak hanya menjadi orang-orang yang teoritis saja.

 

Pendalaman Alkitab bukan hanya sebagai pengetahuan, tetapi kita mau belajar melakukannya. Salib itu sengsara, menderita, harus merobek perasaan daging. Kalau merobek daging untuk kita tidak cinta  dunia itu masih lebih gampang, dibanding merobek daging untuk menerima saudara kita yang tadinya tidak berguna, tetapi sekarang oleh korban Kristus menjadi berguna, sebagai saudara yang kekasih sepenuhnya ? Sedikit saja kita mengurangi penghormatan  kepada korban Kristus, maka itu juga akan mengurangi respek kita kepada saudara yang lain. Seharusnya kita menerima dengan sungguh-sungguh seperti Tuhan sudah mengampuni kita dan membuang dosa kita, ayat-ayat mengatakan :  ‘dilemparkan ke dalam tubir laut, dijauhkan antara barat dan timur. Itu Allah! Dan Allah dalam hidup Yesus dan Yesus dalam hidup kita, dalam korbanNya.

 

Mari kita belajar agar kesatuan dan persatuan dalam tubuh Kristus dimulai dari dalam sidang jemaat, dimulai dari jemaat yang ada di rumah seperti jemaat di rumah Filemon. Filemon yang artinya persaudaraan, ditingkatkan menjadi  persaudaraan di dalam Tuhan. Tuhan Yesus mengatakan : “Aku tidak malu”! Dan Allah juga tidak malu, disebut Allah mereka, yaitu orang-orang yang menantikan kota yang ada di sorga .

 

Ibrani 11:13-16

“Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.

Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.

Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.

Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik, yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.”

 

Kalau kita memang betul rindu kota Yerusalem Baru, di dalamnya terdapat anak-anak sulung yang namanya terdaftar di sorga, maka Allah tidak malu mengakui kita, Dia tidak malu bila kita sebut “Allahku” ! Dengan penuh kerinduan bila kita menyebut Allah berarti hati kita rindu kota Yerusalem Baru. Secara teologi kita rindu menjadi Mempelai Wanita Anak Domba. Bila ada kerinduan ke sana, maka perkara-perkara dunia yang dapat memecah belah akan kita tinggalkan.

 

Kita sudah mendapatkan dua kepastian :

1.      Allah tidak malu mengaku sebagai Allah oleh mereka yang merindukan tanah air sorgawi,

2.      Yesus tidak malu mengakui kita sebagai saudaraNya, Dia ingin menjadi seperti kita, menolong, menanggung dan memampukan kita untuk mengatasi segala bentuk pencobaan.

 

Ibrani 2:12-13

“Katanya: “Aku akan memberitakan namaMu kepada saudara-saudaraKu, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat, dan lagi: “Aku akan menaruh kepercayaan kepadaNya,” dan lagi: “Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepadaKu.”

 

Yesus yang menerima gerejaNya menjadi saudaraNya, itulah Yesus yang memuji-muji dan memuliakan Allah. Jika kita saudara bersaudara mau menyatu, maka di dalam persatuan kita jangan ada nama siapapun yang dikultuskan. Yang dikultuskan harusnya Allah, nama Allah.

 

Kalau di dalam persekutuan jemaat hanya nama Tuhan Yesus Kristus saja yang dimuliakan, maka tidak akan ada perselisihan, penggolong-golongan. Kalau  suami istri selalu mengagungkan Yesus yang berkorban untuk suami, untuk istri maka tidak ada perceraian. Ini bukan teori tetapi seharusnya suatu fakta, cuma karena fakta ini dijadikan teori sehingga tidak percaya. Kita sendiri memutar balikkan kebenaran firman Allah. demi mempertahankan gengsi  sebagai  suami, istri, gembala, tua-tua sidang, anak muda, sehingga tidak ada titik temu. Mengapa Yesus mengakui kita? Karena Dia ingin menyatakan kebesaran nama Allah. Sekarang kita tahu Tuhan Yesus Kristus adalah nama Allah yang luar biasa. Kita sering kali kalah, gagal, bentrokan karena bukan nama Allah yang dipermuliakan. Allah itu esa, bila kita menyebut nama Allah maka kita dijadikan satu.  Sebab yang menyucikan dan yang disucikan itu dari satu, dari Allah, kita sering kali lupa hal itu. Dia ingin menolong kita. 

 

Ibrani 12 : 14-15

“Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah-daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; Dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.

 

Sebagai hamba dosa dan upah dosa adalah maut,  membuat manusia ketakutan karena penyakit dan sebagainya. Tetapi Tuhan menjadikan kita saudara-saudaraNya untuk membebaskan kita  dari  rasa takut kepada maut yang datang karena adanya upah dosa. Dalam rumah tangga, suami-istri yang ditebus oleh darah Tuhan tidak akan berbicara soal ‘maut’, hal-hal yang negatif, hal-hal yang merugikan dan menakutkan, karena di dalam Yesus ada kuasa kebangkitan.

 

Kita menjadi anak-anak Tuhan yang memiliki kuasa kebangkitan, sehingga kata-kata kita selalu positif. Bila dunia bisa belajar “positive thinking”, kenapa justru anak-anak Tuhan masih selalu “negative thinking”? Pendeta mencurigai penatua, penatua mencurigai pengerja, pengerja curiga satu sama lain. Kematian dan kebangkitan Kristus mempunyai kuasa, otoritas. Bukan hanya Petrus yang menyangkal Yesus yang kemudian disebut ‘saudara’ tetapi juga Saulus yang baru beberapa hari setuju atas pembunuhan Stefanus ketika masuk di Damsyik, dalam tiga hari Tuhan mengangkat dia lewat Ananias,yang mendapat visi khusus dari Yesus untuk menjumpai dan menyapa Saulus “Hai saudaraKu yang kekasih.”

 

Kisah Para Rasul 9:13-15a,17

“Jawab Ananias: “Tuhan,dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudusMu di Yerusalem.

Dan ia datang kemari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil namaMu.”

Tetapi firman Tuhan kepadanya: Pergilah.”

Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.”

 

Bila ada seorang yang dulu membenci orang kristen lalu dia percaya Yesus, bisakah kita menerima dia? Apakah tidak kuatir ? Korban Kristus menolong mempersatukan kita, yang dulu tidak satu sekarang menjadi satu. Itu visi misi Allah dari semula. Ia menciptakan kita supaya menyatu dengan Allah. Dimulai dalam bentuk nikah, itu sebabnya melalui nikah laki-laki dan perempuan menjadi satu daging. Dalam suatu nubuat yang besar, Allah itu ingin menyatu dengan manusia, yang sekarang lebih jelas, Allah itu adalah Yesus Kristus sebagai Mempelai Pria Sorga dan gereja Tuhan sebagai Mempelai WanitaNya yang terdiri dari kita semua, yang berlatar belakang beraneka bangsa, suku, kaum dan bahasa. Inilah rencana Allah yang tidak bisa digoyahkan. Ia lahir di Palestina tetapi Ia menjadi  Juru Selamat seluruh bangsa, suku, kaum dan bahasa. Itu sebabnya Ibrani 2 tadi mengatakan bahwa Ia membebaskan kita supaya kita tidak takut lagi terhadap maut. Di dalam kematian Yesus ada janji hidup yang kekal! Itu sebabnya dalam setiap kali ibadah kita adakan perjamuan suci, sebab di situ ada janji hidup kekal. Siapa yang makan tubuhKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.

 

Ibrani 2:16-18

“Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani.

Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.”

 

Dicobai itu banyak bentuknya, seperti mencuri, berzinah, menipu, tetapi juga merasa harga diri terlalu tinggi sehingga tidak bisa menyatu. Demikian juga iri hati, kecemburuan sosial, sehingga terjadi blok-blokan. Itu cobaan-cobaan yang harus kita atasi. Kalau kita mau jadi tubuh Kristus yang “Am”, kita harus mengandalkan korban Kristus sepenuhnya. Filemon diminta oleh rasul Paulus untuk menerima Onesimus untuk selama-lamanya !  Ikatan persaudaraan itu tidak bisa lepas karena lamanya waktu. Secara manusiawi kita tahu persis, bila benar-benar darah daging kita, kapan pun,sejauh manapun, di seberang lautanpun , kita tetap ingat bahwa itu anak / saudara kita, sekalipun tidak pernah ketemu, ia tetap saudara kita karena ada ikatan darah. Tetapi justru anak-anak Tuhan yang dekat-dekat di sini, ikatan darah Yesus kurang kuat sehingga kita sering kali mencemoohkan / merendahkan satu sama lain.

 

Untuk apa kita percaya Yesus bila kita tidak setuju kalau bicara tentang persatuan dan kesatuan. Yesus datang untuk mempersatukan kita dengan Allah, itu rencana dari semula yang tidak bisa diganggu-gugat dan itu rencana yang kekal. Itu sebabnya Dia telah dijadikan “Domba Paskah” jauh sebelum bumi dijadikan. Itu tercantum dalam firman Allah. Itu suatu keajaiban, suatu misteri yang kita tidak tahu bahkan Efesus mengatakan sebelum dunia dijadikan kita sudah dipilih untuk dipersatukan, dikuduskan, dan dipersembahkan kepada Kristus lewat korbanNya.

 

Firman Allah dalam surat Filemon ini mau menolong kita agar bisa mengatasi dan menang atas berbagai cobaan-cobaan apapun juga supaya kita menjadi anak-anak /saudara bersaudara yang dijadikan satu di dalam korban Kristus.

 

Filemon 1:15

“Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan.”

 

Jadi : penerimaan, penyatuan, penentuan status selamanya. Persatuan dan kesatuan harus terjadi di antara jemaat artinya logika dan akal budi kita harus terbuka untuk mengerti akan kebenaran ini.

 

Waktu Tuhan Yesus bertemu dengan murid-muridNya, Tuhan membuka akal budi mereka supaya mereka mengerti firman Allah. Itu sebabnya zaman dahulu diantara rasul-rasul tidak pernah terjadi sengketa kemudian pecah dan membuat organisasi sendiri-sendiri. Kendatipun rasul Paulus dan Barnabas sempat berpisah karena Markus tetapi di waktu-waktu kemudian, rasul Paulus menerima Markus kembali , tidak pecah menjadi dua organisasi. Dan kenapa dua belas rasul kemudian bisa meneruskan pekerjaan Tuhan walaupun dihadapkan pada penindasan, pembunuhan terhadap rasul Yakobus dan lain-lain tetap dalam kesatuan ? Kenapa tetap satu? Karena mereka meyakini bahwa mereka adalah saudara-saudara di dalam Yesus Kristus. Tidak ada saudara menjelekkan saudaranya sendiri, kalau bisa kesalahan saudara kita tutupi, tidak disebarluaskan ke mana-mana. Kalau saudara kita susah maka kita harus menolong mereka. Tetapi sering kali saudara kita susah, kita tidak menolong tetapi sebaliknya kalau ada saudara kita yang diberkati , kita cemburui / iri hati.

 

Kita melihat dalam Filemon ini suatu gabungan persatuan dan kesatuan yang sangat indah. Di dalamnya ada rasul Paulus, Timotius yang masing-masing mempunyai latar belakang yang berbeda dan juga ada Onesimus yang dulu tidak berguna, tetapi sekarang tiga orang ini bisa menyatu dan sudah menjadi satu. Lalu surat itu ditulis kepada Filemon, istrinya Apfia dan juga Arkhipus yang berlatar belakang orang Yunani, yang bukan full timer tetapi pengerja. Kita harus mempunyai paradigma yang baru, jangan pengerja semata-mata harus seorang yang fulltimer. Filemon ini teman sekerja dengan rasul Paulus, dia adalah majikan, mungkin dia pengusaha, bukan fulltimer karena dia mempunyai budak, tetapi dia pengerja. Di rumahnya ada jemaat gereja, dia bukan pendeta, tetapi dia mengerjakan pekerjaan Tuhan. Kita harus terbuka mata, jangan kita mempunyai pemikiran yang sempit. Tetapi kalau kita memang seorang fulltimer, sudahkah kita mengerjakan itu full untuk Tuhan atau kita banyak mencuri waktu untuk kepentingan kita sendiri? Sementara mereka yang masih bekerja mencari nafkah, bisa datang walau mepet waktunya untuk beribadah dan melayani ? Kita mau belajar untuk menghargai mereka yang melayani LCD, rekaman dan sebagainya, mereka itu bukan fulltimer. Kita harus berpikir seimbang supaya bisa menyatu.

 

Filemon 1:23-25

“Salam kepadamu dari Epafras, temanku sepenjara karena Kristus Yesus, Dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku.

Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai roh kamu!”

 

Ini akhir dari pada surat Filemon,  yaitu kata-kata salam. Rasul Paulus menulis dan menyuruh Onesimus membawa surat kepada Filemon, dia membawa salam dari saudara-saudara seimannya. Semua nama-nama ini juga ada dalam surat Kolose karena Filemon ini orang Kolose. Satu surat khusus untuk Filemon dan ada juga surat rasul Paulus untuk jemaat di Kolose, berarti semua rekan kerja dan lain-lainnya sudah sangat mengerti pertobatan dan perubahan hidup Onesimus. Sehingga kesatuan dan persatuan yang rasul Paulus inginkan, agar Filemon menerima kembali Onesimus,  didukung oleh banyak saksi : Epafras, Aristarkhus, Markus , Demas, Lukas. Dan memang kesatuan dan persatuan itu terjadi kalau seseorang itu diakui dan dikenal oleh orang banyak. Pertobatan kita diakui ,dikenal dan diketahui oleh semua gereja yang ada. Zaman sekarang lain, jika di suatu gereja ada masalah dan anak Tuhan itu lari, dia diterima oleh gereja lain tanpa seleksi. Antara gereja yang satu dengan gereja yang lain tidak ada komunikasi. Zaman dulu antara gereja dengan gereja walaupun transportasi dan informasi sulit, kesatuan tetap sangat kuat melalui komunikasi surat menyurat

 

Kolose 1:7-8

“Semuanya ini telah kamu ketahui dari Epafras, kawan pelayan yang kami kasihi, yang bagi kamu adalah pelayan Kristus yang setia. Dialah juga yang telah menyatakan kepada kami kasihmu dalam Roh.”

 

Nama Epafras disebut dalam  surat Kolose ini dan Filemon tadi, jadi ada dua saksi yang menguatkan .

 

Kolose 4:7-9

“Semua hal ihwalku akan diberitahukan kepada kamu oleh Tikhikus, saudara kita yang kekasih, hamba yang setia dan kawan pelayan dalam Tuhan.

Ia kusuruh kepadamu dengan maksud, supaya kamu tahu akan hal ikhwal kami dan supaya ia menghibur hatimu.

Ia kusuruh bersama-sama dengan Onesimus,.saudara kita yang setia dan yang kekasih, seorang dari antaramu. Mereka akan memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang terjadi disini.

Salam kepada kamu dari Aristarkhus, temanku sepenjara dan dari Markus, kemenakan Barnabas – tentang dia kamu telah menerima pesan; terimalah dia, apabila dia datang kepadamu.”

 

Nama Onesimus disebutkan di surat Kolose juga. Demikian juga yang lainnya sehingga salam-salam dari mereka menunjukkan bahwa Onesimus benar-benar sudah bertobat dan sudah berubah bahkan diangkat menjadi saudara yang setia dan kekasih!

 

Kolose 4 : 12, 14, 17-18

“Salam dari Epafras kepada kamu; ia seorang dari antaramu, hamba Kristus Yesus, yang selalu bergumul dalam doanya untuk kamu, supaya kamu berdiri teguh, sebagai orang-orang yang dewasa, dan yang berkeyakinan penuh dengan segala hal yang dikehendaki Allah.

Salam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih dan dari Demas.

Dan sampaikanlah kepada Arkhipus: Perhatikanlah, supaya pelayanan yang kauterima dalam Tuhan kaujalankan sepenuhnya.

Salam dari padaku, Paulus. Salam  ini kutulis dengan tanganku sendiri. Ingatlah akan belengguku. Kasih karunia menyertai kamu.”

 

Surat Filemon adalah tulisan tangan rasul Paulus sendiri demikian juga surat Kolose dan dalam kedua surat ini ada nama-nama yang memberi salam, yang semuanya mengenal Onesimus. Jadi dari beberapa kesaksian, beberapa kenyataan  itu kiranya memberikan dorongan positif kepada Filemon untuk bisa menerima kembali Onesimus.

 

Mari kita membuka mata, bahwa sesungguhnya kita masing-masing punya latar belakang yang penuh kekurangan dan kelemahan. Kalau Yesus mengampuni kita, biarlah kita saling menerima sebagai saudara sehingga tidak lagi ada perbedaan antara saudara pengusaha dengan saudara pegawai, antara orang tua dan orang muda dalam pengertian karena kita milik Tuhan dan juga biji mata Tuhan, yang sangat berguna. Salah  satu contoh, Timotius adalah anak muda dalam penyertaan surat Filemon, surat rasul Paulus, termasuk masih muda yang dipakai Tuhan. Anak muda yang mau dipakai Tuhan harus menyatu. Orang tua yang mau memakai anak muda harus menyatu dengan orang muda. Di sini kita bisa melihat kesatuan yang sangat kuat dan sangat erat, hanya oleh karena korban Kristus. Dulu kita tidak berguna tetapi sekarang berguna. Kita mau nyatakan / buktikan bahwa kita berguna, supaya gereja Tuhan bisa menyaksikan bahwa kita benar-benar berguna dan bisa diandalkan. sehingga semua kekurangan dan kelemahan akan ditutup oleh korban Kristus dan yang terlihat adalah perangai yang baru kita yang indah, yang mempersatukan.

 

Rasul Paulus mengatakan bagi manusia yang tidak percaya, apakah mau menggagalkan rencana Allah, kalau manusia tidak mau menerima Yesus, apakan korban Yesus gagal? Tidak. Ada yang tidak percaya tetapi ada yang percaya, ada yang tidak mau dibentuk tetapi ada yang mau dibentuk. Biarlah kita menjadi kehidupan yang mau percaya dan mau dibentuk.

 

Amin.

Enter content here

Enter supporting content here

SALAM SEJAHTRA DARI YESUS MEMPELAI PRIA SORGA  

Get Your Own Calender - www.free-blog-content.com